Umar Bin Khattab, Sosok yang Berjiwa Pemberani Namun Berhati Lembut

Beliau bernama Al-Faruq (sang pembeda) Umar bin Khattab –semoga Allah meridloinya-, lahir pada tahun 13 setelah tahun gajah, dan beliau berasal dari keluarga yang terhormat dikalangan suku Quraisy.

Sebelum masuk Islam beliau terkenal dengan sosok yang paling keras permusuhannya terhadap Rasulullah saw dan sahabatnya, beliau menyangka bahwa nabi Muhammad telah memecah belah manusia dengan membawa agama baru, karena itulah saat hati beliau sudah semakin resah dan gelisah, beliau mengambil pedangnya untuk membunuh Rasulullah saw, namun ditengah perjalanannya beliau bertemu dengan seseorang, dan berkata sambil bertanya kepadanya : “Hendak kemana engkau wahai Umar ?” dia berkata : “Saya ingin membunuh Muhammad.” Orang itu berkata lagi : “Apakah kamu akan merasa aman jika engkau membunuhnya akan datang tuntutan dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah ?” dia berkata lagi : “Saya tidak peduli dengan itu, kecuali jika engkau telah keluar dan meninggalkan agamamu yang lama”. orang itu berkata lagi : “Maukah engkau aku tunjukkan kabar yang menakjubkan dari itu ?” dia menjawab : “Apa itu “? Dia berkata : “Saudaramu dan suaminya telah tercelup dan meninggalkan agamamu yang sekarang ini”.

Maka Umarpun berang dan mengalihkan mukanya, lalu pergi menuju rumah saudaranya Fatimah untuk mendapatkan klarifikasi keabsahan kabar yang didengarnya, dan saat dia sampai, dirumahnya ada Khobbab bin Al-Irt –semoga Allah meridloinya-. Umarpun langsung mendorong pintu dan mendengar percakapan mereka yang sedang membaca Al-Qur’an, lalu dia berkata sambil mencibir : “Suara apa ini yang sama sekali saya tidak memahaminya dari bacaan kalian”? kemudian Said bin Zaid –suami dari saudara Umar- berkata : “Adalah Al-Quran yang sedang kami bicarakan/diskusikan antara kami.” Umar berkata : “kelihatannya kalian telah terpengaruh.” Lalu said berkata lagi : “Apa pendapat kamu wahai Umar jika kebenaran datang dari selain agamamu”? mendengar ucapan itu Umarpun menghampirinya dan langsung memukulnya, maka datanglah saudaranya menghadang Umar dan mendorongnya hingga jauh dari suaminya, maka beliaupun menamparnya hingga darah mengalir dari wajahnya, lalu diapun berkata : “Wahai Umar, jika kebenaran bukan dari agamamu, maka saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Ketika Umar merasa putus akan keteguhan suami istri, beliaupun berkata : “Berikan kepada saya kitab yang ada di tangan kalian agar saya baca”. Saudaranya berkata : “Sesungguhnya kamu najis dan kitab ini tidak boleh disentuh kecuali orang yang suci, maka beliau disuruh mandi dan berwudlu, dan beliaupun diajarkan bagaimana caranya berwudlu, lalu umarpun berwudlu kemudian mengambil kitab tersebut dan membaca ayat-ayat pertama dari surat Thoha, setelah itu beliau berkata kepada keduanya : “Tunjukkan saya dimana Muhammad !”

Setelah Khobab mendengar ucapan Umar beliaupun keluar dari persembunyiannya, dan berkata : “Bergembiralah wahai Umar, saya berharap engkaulah yang dimaksud dari doa Rasulullah saw kemarin malam : “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan Umar bin Khattab atau Amru bin Hisyam”. Telah dikabulkan Allah, kamudian Khobbab dan Umarpun keluar menuju Dar el-Arqom di bukit Shofa, dimana saat itu Rasulullah saw sedang bersama sahabatnya.

Setelah keduanya mendekat dari rumah yang dituju, terdapat disana Hamzah bin Abdul Mutthalib –semoga Allah meridloinya- dan Tholhah bin Ubaidillah dan sebagian sahabat lainnya –semoga Allah meridloi mereka- berada didepan pintu, setelah mengetahui yang datang Umar, Hamzah berkata kepada mereka yang berada disekelilingnya : “Inilah Umar, jika Allah berkehendak darinya kebaikan maka berilah salam dan tuntunlah menghadap nabi saw, namun jika selain itu maka bunuhlah secara hati-hati, kemudian keluarlah Rasulullah saw hingga Umar menghampirinya, lalu beliau mengambil baju Umar dan bersabda : “Tidaklah diberikan hidayah kepada engkau wahai Umar hingga Allah menurunkan kepadamu dari kehinaan dan kenistaan yang tidak diberikan kepada Al-Walid bin Al-Mughirah”. Umarpun berkata : “Saya bersaksi bahwa Engkau adalah utusan Allah, dia bersaksi dengan penuh ketulusan dan kebenaran, maka kaum muslimin yang ada disekitarnya pun bertakbir hingga terdengar disepanjang jalan kota Mekkah.
Setelah itu Umar berkata kepada Rasulullah saw : “Wahai Rasulullah, kenapa kita harus menyembunyikan agama kita padahal kita berada dalam kebenaran, sedangkan mereka menampakkan agama mereka padahal berada dalam kebatilan ?”
Rasulullah saw menjawab : “Wahai Umar, jumlah kita saat ini masih sedikit, seperti yang engkau lihat saat ini”. Umarpun berkata lagi : “demi Dzat yang telah mengutusmu dengan hak, tidak akan ada suatu majlis saat saya masih kafir kecuali –mulai saat ini- akan saya tampakkan keimanan saya”.

Kemudian Umar keluar dan melakukan thawaf di Ka’bah, melewati sekumpulan orang-orang Quraisy yang sedang duduk-duduk dan merekapun memperhatikan beliau, maka Abu Jahal berkata kepada Umar : “Si Fulan telah menuduh kamu telah terpengaruh ?” lalu Umar berkata kepadanya : “Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah yang maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan Utusan-Nya. Mendengar ucapan beliau sebagian kaum musyrikin menjadi berang dan langsung menyerangnya, namun Umarpun membalas memukul mereka, dan tidak ada salah seorangpun yang bisa mendekat kecuali beliau berhasil menangkap tangan Ba’tah bin Rabi’ah dan memukulnya sampai babak belur, kemudian beliaupun pergi menghadap Rasulullah saw dan mengabarkan kejadian yang dialaminya, dan meminta kepadanya untuk diizinkan mengiklankan/mengumumkan keislaman beliau dan para sahabat dihadapan kaum musyrikin Mekkah, hingga akhirnya nabi saw dan para sahabatnya keluar melakukan Thawaf dan shalat Dzuhur di depan ka’bah, semenjak saat itu beliau dijuluki dengan “Al-Faruq” karena beliau telah berhasil memisahkan antara yang hak dan yang bathil. (Ibnu Sa’ad).

Umar adalah sosok yang ikhlas dan jujur dihadapan Tuhannya, sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya, karena itu beliau selalu bersama Rasulullah saw dan tidak pernah berpisah selamanya. Sebagaimana Beliau dan Abu Bakar Ash-Shiddiq selalu berjalan bersama Nabi kemana saja beliau berjalan, dan berada disampingnya dimana saja beliau berada, seakan-akan keduanya seperti dua menteri baginya, lalu Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan kebenaran atas lisan Umar dan hatinya”. (Ahmad, Turmudzi dan Abu Dawud) dan kemudian berkata lagi : “Kalau saja ada seorang nabi setelah aku maka dialah Umar”. (Ibnu Abdul Bar)

Rasulullah saw juga memberikan kabar kepadanya dengan surga, dan sebagai salah seorang dari sepuluh sahabat yang akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab lebih dahulu, beliau bersabda : “Saya telah masuk kedalam surga, atau saya telah mendatanginya dan saya melihat ada istana, maka sayapun bertanya : “Untuk siapakah istana ini dipersiapkan ?” mereka (para malaikat) berkata : “Untuk Umar bin Khattab. Lalu sayapun berkeinginan memasukinya, merekapun tidak mencegahnya karena saya mengetahui betul kecemburuanmu terhdadap agama”. Lalu Umarpun berkata : “Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibu saya wahai nabi Allah, atau atas engkau aku cemburu”. (Muttafaqun ‘alaih)

Saat Rasulullah saw mengijinkan para sahabtnya untuk berhijrah ke Madinah, mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi karena khawatir dicegat oleh kaum Quraisy, maka Umar dan Abbas bin Abi Rabi’ah Al-Mahzumi dan Hisyam bin Al-‘Ash berjanji berhijrah, mereka bersepakat bertemu di suatu tempat yang jauh dari Mekkah sepanjang 6 Mil, dan barangsiapa yang tidak melakukannya maka hendaknya berhijrah dengan orang lain, maka Umar dan Abbas bertemu ditempat yang telah dtentukan, adapun Hisyam tertangkap oleh kaumnya dan mereka memenjarakannya.

Akhirnya Umar dan Abbas melakukan Hijrah ke Madinah, dan setelah Rasulullah saw hijrah kesana, beliau mempersaudarakan antara kaum muhajirin dan Anshor, dan dipersaudarakanlah Umar bin Khattab dengan Utban bin Malik –semoga Allah meridloi keduanya-.

Ketika masyarakat Islam terbentuk disana, dan dimulai fase baru; jihad dalam Islam, Umarpun mengangkat bendera kebenaran dan menggenggam pedengnya untuk membela agama Allah –Yang Maha Perkasa dan Agung-, hingga datang perang pertama dalam sejarah Islam anatara kaum muslimin dengan musyrikin; perang Badr, dan kemenangan besar diraih oleh kaum muslimin. Saat kaum muslimin menawan sejumlah pasukan dari pihak musyrikin, Nabi saw mengadakan musyawarah bersama para sahabatnya ; Umar berpendapat agar dibunuh saja tawanan perang tersebut, adapun Abu Bakar berpendapat mengambil ganti rugi, dan akhirnya nabipun memilih pendapat yang paling mudah diantara dua pendapat yang jatuh pada pendapatnya Abu Bakar, maka setelah itu Jibril –AS- turun kepada Nabi saw untuk membacakan ayat Al-Quran yang mendukung pendapatnya Umar bin Khattab –RA-, Allah berfirman : “Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya dimuka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil”. (QS. Al-Anfal : 67-68) setelah mendengar ayat tersebut maka Rasulullah saw dan Abu Bakarpun menangis, kemudian Umar datang dan menanyakan sebab mereka berdua menangis lalu keduanya memberitahukannya.

Al-Faruq Umar bin Khattab mengikuti seluruh peperangan bersama Rasulullah saw, berjihad dengan pedangnya dijalan Allah; untuk meninggikan kalimat (agama) Allah. Dan dalam perang Uhud beliau berdiri disamping Rasulullah saw melingunginya setelah kaum muslimin mengalami kekalahan.

Setelah Rasulullah saw meninggal dunia, Umar bin Khattab membai’at Abu Bakar menjadi khalifah, sebagaimana kaum Muhajirin dan Anshor membai’atnya, dan Umarpun berdiri disampingnya memperkokoh kepemimpinan Abu Bakar, tidak pelit dalam berbuat dan berjihad membela kebenaran dan meninggikan agama Islam, karena itulah beliau bersama-sama memerangi orang-orang yang murtad dan membangkang membayar zakat dan orang yang mengaku-ngaku sebagai nabi, dan perkara yang besar yang pernah dilakukan olehnya adalah penyusunan kembali Al-Quran.

Saat Abu Bakar menjelang wafat, beliau mewasiatkan kekhalifahan kepada Umar, agar dia mau mengemban amanat yang berat, belaiu selalu mengadukannya kepada Umar sepanjang hidupnya, namun siapa lagi yang akan mampu mengembannya kecuali Umar, karena beliau adalah Al-Faruq, hamba yang taat, hamba yang zuhud dan imam yang adil.
Akhirnya Umar memegang amanah khilafah, dimana beliau menjadi tauladan yang baik dalam menegakkan keadilan dan kasih sayang sesama kaum muslimin, sedangkan pedang siap memenggal para pendurhaka dari perintah Allah dan kaum msuyrikin, namun beliau sangat mengasihi saat berbelas kasih dan keras saat keadaan keras (perang).

Suatu ketika beliau keluar bersama pembantunya Aslam dimalam hari yang gelap gulita dan dingin guna mengadakan infeksi kondisi rakyatnya, dan saat keduanya sampai disuatu tempat dekat kota Madinah, Umar melihat ada api menyala, lalu beliaupun berkata kepada pembantunya : “Wahai Aslam, disana ada sesuatu yang aneh mari kita menuju kesana. Melihat apa sebenarnya yang terjadi, maka keduanyapun bertolak menuju asal api tadi, dan didapati disampingnya ada seorang wanita tua dan dua anak kecil, dan periuk yang diletakkan diatas api, sedangkan kedua anaknya menangis karena kelaparan, maka beliapun mendekat dan bertanya kepadanya : “Sedang apa kalian saat ini”. Wanita itu menjawab : “Kami sedang melewati malam dan dingin”, beliau berkata : “Kenapa kedua anak itu berteriak menangis ?!” wanita itu berkata : “Karena kelaparan” Umar berkata lagi : “Dan apa sebaenarnya yang kamu letakkan diatas api ?” wanita menjawab : “hanya air, saya mengelabuinya sampai mereka tertidur, hanya Allah yang tahu antara kami dan Umar”.

Mendengar penuturan wanita tersebut Umarpun menangis lalu pergi kerumahnya dan mengambil gandum dan minyak samin lalu berkata kepada pembantunya : “Wahai Aslam, letakkan barang itu diatas pundak saya untuk saya bawa !” Aslam berkata : “Biarkan saya yang membawanya.” Umar berkata : “apakah engkau mau menanggung dosa saya dihari Kiamat nanti?!” akhirnya beliaupun membawanya menuju tempat wanita tersebut, kemudian meletakkannya dihadapan wanita lalu mengeluarkan sebagian gandum darinya dan meletakkannya dalam periuk untuk dimasak, setelah itu beliau meletakkan minyak samin serta meniup api dibawahnya hingga terbakar dan masakan menjadi matang dan siap disantap, setelah beliau berkata : “Berikan kepada saya sebuah piring, kemudian dia meletakkan makanan diatas piring tersebut dan meletakkannya dihadapan dua anak kecil tadi, lalu beliau berkata : “Makanlah kalian !” akhirnya merekapun memakannya sampai kenyang, kemudian wanita mendoakannya dengan kebaikan, saat itu beliau masih tinggal disitu hingga akhirnya kedua anak itu tertidur lelap, kemudian beliaupun meninggalkan mereka sambil menangis, lalu berkata kepada pembantunya : “Wahai Aslam, karena kelaparan yang membuat mereka begadang dan menangis.

Pada suatu hari yang lain Umar keluar untuk melihat keadaan masyarakat, dan beliau, mendapati seorang wanita yang akan melahirkan sambil menangis, sedangkan suaminya tidak memiliki harta, maka Umarpun bergegas kembali kerumahnya dan bekata kepada istrinya : “Wahai Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib, apakah engkau menginginkan ganjaran yang dikhususkan kepadamu ? lalu dia memberitahukan kabar yang dilihatnya, maka diapun menjawab : “Tentu saja saya mau” akhirnya Umar membawa gandum dan minyak samin dipundaknya, sedangkan istrinya membawa peralatan untuk melahirkan, setelah sampai, Ummu Kultsum masuk ke tempat wanita yang dimaksud sedangkan Umar Umar duduk disamping suaminya sambil mengajaknya menyiapkan makanan, akhirnya wanita itu melahirkan seorang anak laki-laki, dan Ummu Kultsum berkata kepada Umar : “Wahai Amirul Mu’minin berilah kabar gembira kepada sahabatmu akan anak laki-laki yang baru lahir ini. Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh istri Umar, lelaki itupun menaruh hormat kepadanya sambil memohon maaf, namun Umar berkata : “Tidak mengapa dan tidak ada dosa atasmu, akhirnya beliau memberikan uang secukupnya kepadanya lalu pergi.

Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab melihat seorang kakek non muslim yang berada dalam perlindungan Islam meminta makanan kepada orang lain, lalu berliau bertanya kepadanya : “Orang ini adalah berasal dari keluarga yang dilindungi namun telah lanjut usianya dan tubuhnya sudah lemah, maka Umarpun memberikan baginya al-jizyah, kemudia berkata : “Kalian telah memberikan kepadanya jizyah namun setelah dia lemah kalian tinggalkan meminta-minta ? akhirnya beliau memberikan tanggungan yang diambil dari baitul mal sepuluh Dirham.

Pada masa khilafah Umar daulah Islam meluas kearah Timur dan Barat dunia, kemenangan-kemenangan banyak diraihnya, saat pemerintahan beliaulah negeri Syam, Iraq, Iran, Adzerbijan, Mesir dan Libya dikuasai, sebagaimana baliau juga mendapatkan kunci Baitul Maqdis, pada masa beliau harta kekayaan negara berlimpah ruah hingga baitul mal penuh dengan harta, tidak ada negeri Islam yang merasakan masa keagungan kecuali pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab.

Namun walaupun negara menjadi kaya karenanya beliau tetap hidup sebagai orang yang zuhud, menjaga dirinya dan keluarganya dari menggunakan harta kekayaan tersebut, dan memberikan kelonggaran untuk kaum muslimin dan orang-orang fakir.

Beliau tidak pernah makan kecuali dengan makanan berupa roti yang keras,dan tidak pernah menggabungkan antara dua makanan pengiring (lauk pauk), belaiu memakai pakaian yang tidak lebih dari 12 potongan kulit, tidak gentar dan tidak takut kepada siapapun dalam menegakkan keadilan, setiap berhukum beliau menegakkan keadilan, hingga merasa aman, tentram dan tidur tidak merasa takut kecuali kepada Allah SWT.

Umar menjadikan perjalanan hidup Rasulullah saw dan sahabatnya –Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai tauladan bagi dirinya yang selalu menerangi jalannya, berjalan sesuai dengan petunjuknya dan memberikan peringatan bagi masyarakat sekitarnya dengan nasehatnya yang jelas, karena itu diantara perkataan belaiu yang harum sampai saat ini : “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan timbanglah amal-amal kalian sebelum neraca timbangan berada dihadapan kalian”.

Beliau juga pernah berkata : “Celakalah bagi hakim di dunia dari hakim yang ada dilangit saat mereka berjumpa nanti, kecuali bagi siapa yang melakukan keadilan dan berhukum secara benar, dan tidak berhukum sesuai dengan hawa nafsunya dan karena kerabatnya, bukan karena kecintaan dan kebencian, dan menjadikan kitabullah cermin yang selalu hadir dihadapan kedua matanya”.

Umar juga terkenal tegas terhadap para pembantunya di pemerintahan, beliau selalu memerintahkan mereka untuk selalu berlaku adil dan kasih sayang terhadap manusia, memotivasi mereka untuk menuntut ilmu, dan beliau tidak pernah memberikan amanat kepada siapapun kecuali kepada seseorang yang memiliki keteguhan dalam kebaikan dan terkenal dengan kesholihan dan ketaqwaannya, sebagimana beliau selalu memerintahkan mereka demikian dan memberitahukan akan tugas mereka sebenarnya, jika ada diantara mereka yang melanggarnya maka beliau langsung mengisolirnya kemudian digantikan kepada yang lainnya, beliau akan mencelanya dan menghisab perbuatannya.

Diriwayatkan bahwa seseorang dari Mesir datang kepada Umar ingin mengadukan sesuatu, dia berkata : “Wahai amirul Mu’minin, saya mohon perlindungan darimu akan perbuatan dzalim”, Umar berkata kepadanya : “Perlindungan apa yang kau inginkan ?” dia berkata lagi : “Saya berlomba dengan anaknya Amru bin Ash dan saya memenanginya, namun dia memukul saya dengan pecutnya, sambil berkata : “saya adalah anak dari keluarga terhormat.” Umar lalu menulis surat kepada Amru dan anaknya untuk datang menghadap kepadanya. Akhirnya keduanyapun datang, lalu Umar berkata : “Dimana orang Mesir tadi ?” maka dia datang, setelah Umar berkata kepadanya : “Ambil pecut dan pukullah dia !” diapun memukulnya dengan pecut, dan setelah itu berkata : “pukullah anak orang terhormat ini !” lalu beliau berkata lagi kepada warga Mesir tadi : “Letakkan diatas pundak Amru !” penduduk Mesir itu berkata : “Wahai Amirul mukminin sesungguhnya yang memukul saya adalah anaknya seperti yang telah saya ceritakan. Lalu Umar menolehkan pandangannya kepada Amru dengan muka masam dan sinis, dan berkata kepadanya : “Sejak kapan kalian memperhamba manusia, padahal mereka dilahirkan dalam keadaan merdeka?” kemudian Amru berkata : “Saya tidak tahu, dan tidak akan saya ulangi lagi.”

Umar hidup dengan cita-cita mendapatkan syahadah di jalan Allah, dimana, suatu hari dia naik keatas mimbar, dan berpidato : “Sesungguhnya di dalam surga ‘Adn ada istana yang memiliki 500 pintu, dan setiap pintu terdiri dari 5000 bidadari yang cantik, tidak ada yang dapat memasukinya kecuali nabi, kemudian dia menoleh ke kubur Rasulullah saw, dan berkata : “berbahagialah bagimu wahai penghuni kubur ini”, kemudian berkata lagi : atau orang yang jujur, kemudian dia menoleh ke kubur Abu Bakar, dan berkata : “Berbahagialah bagimu wahai Abu bakar. kemudian dia berkata lagi : “Atau orang yang syahid. Dan baliau menoleh kepada dirinya sendiri dan berkata : “Semoga engkau mendapatkan syahadah wahai Umar ?!” kemudian beliau mengakhiri pidatonya : “Sesungguhnya orang yang mengusir saya dari Mekkah ke Madinah sudah dianggap telah menjadikan saya sebagai syahid”.

Akhirnya Allah mengabulkan doanya dan merealisasikan apa yang dicita-citakan, ketika beliau keluar rumah hendak manunaikan shalat Fajar (Subuh) dihari Rabu tanggal 26 Dzul Hijjah tahun 23 Hijriyyah, Abu lu’luah menguntitnya, saat beliau sedang shalat dan akan bersujud, Abu lu’luah menikamnya dengan pisau yang ada ditangannya, kemudian dia manikam 12 jamaah, sedang lainnya dan yang maninggal hanya 6 orang, dan setelah itu sang majusi menikam dirinya sendiri hingga mati.

Akhirnya Al-Faruq Umar mengisyaratkan untuk melanjutkan shalat kepada Abdur Rahman bin Auf, kemudian setelah shalat kaum muslimin membawa Umar kerumahnya, namun sebelum meninggal beliau memilih 6 orang dari sahabat; agar dipilih salah seorang dari mereka untuk menjadi khalifah, yang diadakan tidak boleh lebih dari 3 hari setelah kematiannya kecuali telah dipilih di antara mereka khalifah kaum muslimin, akhirnya Al-Faruq menghembuskan nafasnya yang terkahir, dan dimakamkan disamping kubur Abu Bakar dan di sisi kubur Rasulullah saw.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Perahu Nabi Nuh Ditemukan di Turki?


"Kami belum yakin 100 % bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 %."
VIVAnews - Dikisahkan, sekitar 4.800 tahun lalu, banjir bandang menerjang Bumi. Sebelum bencana mahadahsyat itu terjadi, Nabi Nuh -- nabi tiga agama, Islam, Kristen, dan Yahudi, diberi wahyu untuk membuat kapal besar -- demi menyelamatkan umat manusia dan mahluk Bumi lainnya.

Untuk membuktikan kebenaran cerita tersebut, kelompok peneliti dari China dan Turki yang tergabung dalam 'Noah's Ark Ministries International' selama bertahun-tahun mencari sisa-sisa perahu legendaris tersebut.

Kemarin, 26 April 2010 mereka mengumumkan mereka menemukan perahu Nabi Nuh di Turki. Mereka mengklaim menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur.

Mereka bahkan mengklaim berhasil masuk ke dalam perahu itu, mengambil foto dan beberapa specimen untuk membuktikan klaim mereka.

Menurut para peneliti, specimen yang mereka ambil memiliki usia karbon 4.800 tahun, cocok dengan apa yang digambarkan dalam sejarah.

Jika klaim mereka benar, para peneliti Evangelis itu telah menemukan perahu paling terkenal dalam sejarah.

"Kami belum yakin 100 persen bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 persen," kata salah satu anggota tim yang bertugas membuat film dokumenter, Yeung Wing, seperti dimuat laman berita Turki, National Turk, 27 April 2010.

Grup yang beranggotakan 15 orang dari Hong Kong dan Turki hadir dalam konferensi pers yang diadakan Senin 26 April 2010 lalu.

Kepada media yang hadir saat itu, mereka juga memamerkan specimen fosil kapal yang diduga perahu Nuh, berupa tambang, paku, dan pecahan kayu.

Seperti yang dijelaskan para peneliti, tambang dan paku diduga digunakan untuk menyatukan kayu-kayu hingga menjadi kapal. Tambang juga digunakan untuk mengikat hewan-hewan yang diselamatkan dari terjangan bah -- begitu juga dengan potongan kayu yang dibuat bersekat untuk menjaga keamanan hewan-hewan.

Penemuan besar ini jadi amunisi untuk mendorong pemerintah Turki mendaftarkan situs ini ke UNESCO -- agar lembaga PBB itu ikut menjaga kelestarian perahu Nuh.

Awalnya, direncananya para arkeolog akan menggali perahu itu dan memisahkannya dari gunung. Namun, hal tersebut tak mungkin dilakukan, meski nilai sejarah penemuan ini sangat tinggi.

***

Diyakini, ketika air surut, perahu Nuh berada di atas Gunung. Meski tiga agama besar mengabarkan mukjizat Nabi Nuh, tak ada penjelasan sama sekali, di mana persisnya perahu itu menyelesaikan misinya.

Sejak lama penduduk lokal Turki yang tinggal di pegunungan maupun kota-kota lain percaya bahwa perahu Nabi Nuh berada di Gunung Ararat.

Apalagi, pilot pesawat temput Turki dalam sebuah misi pemetaan NATO, mengaku melihat benda besar seperti perahu di Dogubayazit, Turki.

Pada 2006, citra satelit secara detil menunjukan benda mirip kapal yang diduga perahu Nuh itu adalah gunung yang dilapisi salju.

Beberapa ahli lain berpendapat bahwa sisa-sisa perahu Nuh menjadi bagian dari pemukiman manusia -- yang selamat dari bencana banjir bah.

Namun, peneliti yang mengklaim penemu perahu Nuh membantahnya. "Kami tak pernah menemukan ada manusia yang bermukim di ketinggian 3.500 meter dalam sejarah umat manusia."

Cuaca sangat dingin di ketinggian 4.000 meter itu oleh para penemu diyakini menjaga kondisi perahu Nuh selama ribuan tahun.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Perhentian Ini Hanya Sementara Pesan Baru

Ibnu Umar, tokoh sahabat yang terkenal sangat wara’, pernah ditanya, “Apakah para sahabat Rasulullah dahulu tertawa?” Pertanyaan sederhana, tapi menyiratkan kebuutuhan informasi yang akurat tentang karakter generasi terbaik. Ibnu Umar pun menjawabnya dengan jawaban seobjektif mungkin. “Ya, mereka tertawa, tapi iman di dada mereka laksana gunung.” Begitu jawaban Ibnu Umar.
Perhatikan, apa yang melatarbelakangi pertanyaan kepada Ibnu Umar tersebut. Para sahabat adalah kumpulan manusia yang memiliki keberaniaan dan pengorbanan yang tak ada bandingnya. Orang yang bertanya kepada Ibnu Umar, tertarik untuk menanyakan sisi kemanusiaan generasi terbaik itu. Dan ternyata, begitulah jawaban Ibnu Umar. Singkat, padat dan dalam maknanya.

Para sahabat terkenal sangat giat dalam beramal. Umar radhiallahu ‘anhu, bahkan mengatakan, “Aku sangat benci melihat seorang dari kalian menganggur, tidak melakukan amal dunia dan tidak melakukan amal akhirat.” Hari demi hari yang mereka lalui selalu bermakna peningkatan dan pengembangan dari sebelumnya. Ibrahim Al Harbi pernah menceritakan perihal imam dari generasi tabi’in, Ahmad bin Hambal. “Aku pernah hidup bersama Ahmad bin Hambal 20 tahun. Selama musim kemarau dan hujan, musim panas dan dingin, siang dan malam. Aku tak pernah mendapatkannya, kecuali ia lebih baik dari hari kemarin.” (Manaqib Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu Jauzi, h.140)

Meski demikian, para shalihin itu tetap berada ditengah-tengah, antara kekerasan dan kelembutan, antara disiplin bekerja dan istirahat. Seperti juga Rasulullah menyifatkan dirinya dengan istilah “adhahuuku al-qattal”, orang yang gemar tertawa tapi juga gemar berperang.

Senyum sebagai bagian dari peristirahatan dan kelembutan, dalam pandangan mereka, bahkan menjadi salah satu sifat istimewa manusia yang tak dimiliki binatang. Ibnu Taimiyah ra., mengulas hal ini dengan uraian yang menarik: “Manusia itu hewan yang bicara dan bisa tertawa. Tak ada yang bisa membedakan manusia dari hewan, kecuali dari sifat-sifat kesempurnaan. Sebagaimana bicara menjadi salah satu sifat kesempurnaan manusia, demikian juga tertawa. Maka jika yang bicara itu lebih sempurna dari yang tidak bicara, begitu pula yang tertawa itu lebih sempurna dari yang tidak mampu tertawa.” (Fatawa Ibnu Tamiyah,6/121).

Yang perlu diingat, peristirahatan itu bisa lebih bermanfaat dengan dua syarat. PERTAMA, dilakukan hanya dalam waktu sementara dan temporal. KEDUA, tidak keluar dari batas-batas yang dibenarkan oleh syari’at. Melanggar dua sayarat ini berarti substansi peristirahatan akan hilang atau justru memunculkan akibat kebalikannya. Karenanya, tanpa kehati-hatian, peristirahatan dan sebuah jeda, bisa berubah menjadi sebuah kelemahan, kemalasan bahkan keterjerumusan pada tipu daya syaithan.

Peristirahatan, harus tetap patuh pada aturan syariat. Canda misalnya, tak boleh dicampur dengan dusta. Peristirahatan hanya variasi hidup yang penting dari rutinitas. Ia juga ibarat garam dalam makanan. Penting tapi tidak boleh berlebihan. Tokoh Ulama Kuwait Syaikh Jasim Muhalhil mengistilahkan hal ini dengan “waktu turun minumnya seorang pejuang”, yang akan mengembalikan stamina atau menghidupkan tenaga yang lebih besar dari sebelumnya. Tokoh ulama Mesir Hasan Al Bana menyebutnya dengan ungkapan: “Mujahid sejati, adalah, adalah yang tak tidur sepenuh kelopak matanya, dan tidak tertawa selebar mulutnya.” Itulah makna peristirahatan dan perhentian hakiki.[*]

masnonowajak.blogspot.com
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

TABLIGH AKBAR DAN KONSER UNTUK KEMANUSIAAN


"TABLIGH AKBAR DAN KONSER UNTUK KEMANUSIAAN". AHAD, 25 APRIL 2010. DI TENNIS INDOOR SENAYAN JAKARTA.

DATANG DAN KUNJUNGI STAND PENERBIT PENA. DAPATKAN DISKON MENARIK UNTUK SEMUA PRODUK PENA.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Ya, itu semua salahku karena terlalu bergantung kepada selain Engkau, ya Allah. Astagfirullahaladzim. Rabb, ampuni aku. ampuni aku. ampuni aku... Berikanlah aku rahmat dan anugerah-Mu untuk tidak akan pernah menyerah.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Melangkah lagi jangan terhenti, ku kan mengerti makna terbaik, rahasa indah yang tersimpan di hari nanti. Bismillahirrahmanirrahim...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Kue Kering Crispy Coklat Lemon Kacang

Lebaran masih lama, tetapi nggak ada salahnya kita mencoba membuat kue kering yah… Kali ini kita membuat kue kering Crispy Coklat Lemon Kacang.
Bahan-bahan:

* 150 gr Keping Jagung original, hancurkan.
* 300 gr coklat rasa lemon warna kuning
* 100 gr dark chocolate classic
* 100 gr kacang tanah cincang, siap pakai

Cara membuat :

* Lelehkan coklat rasa lemon dengan cara ditim. Masukkan keeping jagung aduk rata.
* Siapkan mangkuk kertas kecil. Isi setiap mangkuk dengan keeping jagung coklat hingga penuh, dinginkan.

Hias bagian atas dengan dark chocolate classic. Dinginkan.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

ku mohon ampun


Semoga istighfar yang terucap dari bibir ini, bisa mencabut paku yang tertancap di hatiku, yang rasanya betapa pedih dan perih.

Allah, berkahi setiap langkah kaki menapaki jalan kehidupan hingga dibatas akhir yang sudah Engkau tentukan.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS