80 Persen Anak Indonesia Sudah Tonton Video Ariel


Jakarta - Siapa yang tak kenal Ariel Peterpan? Orang dewasa maupun anak-anak Indonesia mengenal sosok penyanyi idola ini. Apalagi, sejak kasus video porno Ariel menyebar di publik. 80 Persen anak-anak Indonesia sudah melihat video porno tersebut.

"Hampir 80 persen anak-anak sudah melihat video itu. 60 Persen yakin itu Ariel, sisanya ragu-ragu. Semua kenal siapa itu Ariel," kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Hadi Supeno kepada detikcom, Selasa (22/6/2010).

Menurut Hadi, data KPAI ini didapat dari pemantauan terhadap anak-anak di Yogyakarta, Jawa Tengah, Ambon, Papua, dan Malang. Hadi yang berkeliling di sejumlah kota itu, langsung menanyai mereka perihal video porno tersebut. Ternyata, anak-anak itu mengaku sudah melihat video tersebut.

Hadi mengatakan, Ariel adalah juga idola anak-anak dan remaja. Beredarnya video porno Ariel dan sampai ke tangan anak-anak, tentu itu memberikan efek negatif.

"65 persen anak-anak laki yang menyaksikan video itu ingin melakukan action out. Sedangkan anak perempuan hanya 35 persen yang ingin melakukan seperti video porno itu. Hormonnya dipaksa," jelasnya.

Karena itu, lanjut Hadi, video porno Ariel dinilai tak baik untuk tumbuh kembang anak di Indonesia yang melihatnya. "Sudah lihat, ingin lihat lagi. Ini kan merusak tumbuh kembang anak," tegasnya.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Hanya Allah Yang Mahatahu Tentangku


Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat

Ketika kumohon kepada Allah kebijaksanaan,

Allah memberiku masalah untuk kupecahkan

Ketika kumohon kepada Allah kesejahteraan,

Allah memberiku akal untuk berpikir.

Ketika kumohon kepada Allah keberanian,

Allah memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi.

Ketika kumohon kepada Allah sebuah cinta,

Allah memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong.

Ketika kumohon kepada Allah bantuan,

Allah memberiku kesempatan.

Aku tak pernah menerima apa yang kuminta,

tetapi aku menerima segala yang kubutuhkan.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Kesalahan Berbahasa Narasi


1. Bahasa Indonesia Jurnalistik

Naskah jurnalistik TV dan radio disebut hear copy, atau naskah untuk didengar. Sementara untuk media cetak disebut see copy. Perbedaan ini membawa konsekuensi pada perbedaan cara menulis berita. Walau bahasa televisi disebut bahasa lisan atau bahasa tutur, namun kaidah berbahasa tetap mengacu pada bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu harus memenuhi tiga unsur penting yakni:

• Lazim: Kata-kata yang dipilih ialah kata-kata yang biasa digunakan sehari-hari namun tetap menjaga kepatutan berbahasa dan sopan santun.

• Berkaidah: Kalimat yang disusun haruslah berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam bahasa. Kita misalnya mengenal EYD dan Kamus Umum Bahasa, dalam menjadi acuan berbahasa.

• Komunikatif: Kalimat yang disampaikan oleh presenter atau reporter tidak berbeda maknanya dengan apa yang diserap oleh pendengar dan pembaca.

II. Panjang Kalimat

Berapa sebenarnya panjang kalimat yang bisa diserap oleh pemirsa. George Fox Mort dalam New Survey of Journalism meneliti bahwa penonton televisi dapat menyerap dengan baik 160 kata dalam satu menit. “Bila penonton kehilangan titik vital dia tidak dapat meminta penyiar untuk mengulanginya. Karena itu ulangi rincian yang penting supaya penonton memahami secara yakin. Jangan terlalu banyak menggunakan kata sifat. Karena kata sifat cenderung menyembunyikan fakta,” kata Mort.

Merujuk survei tersebut, Melvin Mencher dalam News Reporting and Writing menganjurkan agar satu kalimat tidak boleh lebih dari 17 kata. Lebih dari 17 kata biasanya kalimat sulit dipahami dan tidak komunikatif lagi. Kalimat berikut saya ambil dari naskah Insan Kamil (Pagi 06/10/00) tentang bangunan SD yang rusak di Bekasi.

(ANCHOR)

SAUDARA/ SEKITAR 132 MURID SDN SUKARAHAYU 02 DI KECAMATAN TAMBELANG BEKASI/ TERPAKSA MELAKUKAN AKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR/DI SEKOLAH YANG KONDISI BANGUNANNYA SANGAT BURUK// ATAP GEDUNG YANG BERLUBANG DENGAN TIANG PENYANGGA YANG KEROPOS/MEMBUAT PARA SISWA DAN GURU YANG BERTUGAS/SELALU KHAWATIR AKAN AMBRUKNYA BANGUNAN SEKOLAH/Mr roti…

Satu kalimat di lead berita ini mencapai 22 kata. Sebenarnya lead ini dapat kita sederhanakan menjadi”

(ANCHOR)

SAUDARA/ MURID-MURID SD SUKARAHAYU 02/ TAMBELANG/ BEKASI TERPAKSA BELAJAR DI BANGUNAN SEKOLAH YANG KONDISINYA SANGAT BURUK// ATAP GEDUNG YANG BERLUBANG DAN TIANG PENYANGGA YANG KEROPOS MEMBUAT MEREKA SELALU KHAWATIR/ JIKA BANGUNAN TERSEBUT AMBRUK//

Saya ingin kembali mengingatkan 10 pedoman penulisan naskah televisi dari Melvin Mencher:

1. Jangan menulis sebelum Anda benar-benar memahami peristiwa yang Anda tulis.

2. Jangan menulis sebelum Anda mengetahui benar-benar apa yang ingin Anda tulis.

3. Perlihatkan, jangan ceritakan!. (Show, don’t tell!)

4. Tempatkan kutipan yang baik di tengah berita Anda.

5. Gunakan kata benda berwujud (concrete noun) dan kata kerja aktif secara bervariasi.

6. Tempatkan anekdot dan ilustrasi di tengah cerita.

7. Hindarkan penggunaan kata sifat yang berlebihan dan letakkan kata bantu (adverb) dekat kata kerja.

8. Biarkan fakta berbicara.

9. Jangan tampilkan pertanyaan-pertanyaan yang Anda sendiri tidak dapat menjawabnya.

10.Tulislah dengan gaya bahasa yag sederhana. Rangkum dalam beberapa kata, sopan dan tepat.

III. Beberapa Kesalahan

1. Sampai jumpa dan salam SCTV.

“Demikian saudara tayangan … minggu ini. Kita bertemu lagi dalam tayangan yang sama dalam topik yag berbeda, pekan depan. Sampai Jumpa dan salam SCTV”

Kata-kata seperti jumpa pada sampai jumpa dan salam SCTV seharusnya ditambah ber-sehingga menjadi berjumpa. Kata jumpa merupakan bentuk prakategorial, sama halnya dengan temu dan sua yang tidak pernah berdiri sendiri. Pernahkan Anda mendengar sampai sua lagi, atau sampai temu lagi? Jika tidak, begitu juga dengan kata sampai jumpa.

2. Melakukan Unjuk Rasa

(ANCHOR)

SAUDARA/ 150 ORANG KARYAWAN RESTORAN SIZZLER/ MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA DI KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN TENAGA KERJA/JAKARTA PUSAT HINGGA PUKUL SATU/DINI HARI TADI// MEREKA MENUNTUT PERUSAHAAN UNTUK MENAIKAN UANG SERVIS/ DARI 40 RIBU RUPIAH MENJADI 250 RIBU RUPIAH PER KARYAWAN/Vtr roll…

Lead berita ini saya ambilkan dari berita Lita Hariyani (Lip 6 Pagi 06/10/00). Tipe melakukan unjuk rasa adalah kesalahan yang kerap kali terjadi pada penulisan naskah berita kita. Sebenarnya melakukan + (pe – an) dapat kita singkat menjadi kata kerja tunggal dengan tambahan awalan me atau ber. Melakukan unjuk rasa bisa menjadi berunjuk rasa atau melakukan penangkapan menjadi menangkap, melakukan penyitaan menjadi menyita dst.

Awalan me dan ber sudah bermakna melakukan sesuatu. Sehingga jika kita menggunakan kedua awalan ini maka tidak perlu lagi kita menggunakan kata melakukan. Fungsi konfik pe– an dalam kata penangkapan, penyitaan dsb. adalah untuk membuat kata benda.

Penggunaan kata kerja melakukan ditambah kata benda, tidak dapat membuat kalimat itu menjadi aktif, sebagaimana dianjurkan dalam menulis hard news.

3. Pemboman

(ANCHOR)

SAUDARA/ KAPOLDA METRO JAYA/ INSPEKTUR JENDERAL NURFAIZI/ BERSYUKUR PELAKU PEMBOMAN YANG AKAN MELEDAKKAN GEDUNG SARINAH DAN KEDUBES AMERIKA SERIKAT/ BERHASIL DIBEKUK SEBELUM MELAKSANAKAN NIATNYA TERSEBUT// SEDANGKAN TERHADAP MOTIF DAN PELAKU SERTA AKTOR INTELEKTUAL BERBAGAI KASUS PEMBOMAN Dl WILAYAH HUKUM METRO JAYA/ DIAKUI POLDA MASIH DALAM PENYELIDIKAN//

Lead berita ini saya ambil dari berita Nina Waskito (Liputan 6 Petang 24/09/00). Hampir dua pekan sejak bom di gedung BEJ meledak, berita kita diramaikan oleh berita “Pemboman”. Benarkah kata pemboman menurut kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Rujukannya adalah sebagai berikut:

Kata-kata dasar yang bersuku satu seperti bom, cat, las, pel, sah, tes, dan cap apabila mendapat awalan meng- (untuk membuat kata kerja) berubah menjadi menge-. Demikian juga dengan imbuhan peng- akan menjadi penge-, sehingga kata-kata pemboman akan menjadi pengeboman dan membom menjadi mengebom. Kecuali kata bombardir dia akan menjadi membombardir, sebab bombardir merupakan kata kerja yang memiliki tiga suku.

4. Menyomasi dan Pengkaplingan

(ANCHOR)

50 PENGACARA Dl PALEMBANG/ MENSOMASI 76 PIHAK/ YANG DIDUGA TERLIBAT DALAM PEMBAGIAN. DANA BANTUAN SOSIAL SEBESAR 2,2 MILIAR RUPIAH KEPADA 74 ANGGOTA DEWAN SUMATERA SELATAN// ATAU MESKI PERSOALAN KEAMANAN SEPENUHNYA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB POLRI/ NAMUN PIHAK TNI TETAP MEMBANTU PELAKSANAAN PENGAMANAN// UNTUK MEMPERJELAS POSISI TNI TERSEBUT DIPERLUKAN ATURAN HUKUM//MENURUT USODO HAL TERSEBUT DITUJUKAN AGAR TIDAK TERJADI PENGKAPLINGAN ANTARA TNI DAN POLRI Dl LAPANGAN// …

Dua di atas adalah berita Ajmal Rokyan dari Palembang dan Dyah Kusuma dari Polkam. Saya ambilkan sesuai dengan naskah asli (Pagi 04/10). Kata-kata dengan fonem awal k/p/t/s apabila mendapat awalan peng- atau meng- akan luluh, sehingga kata-kata seperti somasi menjadi menyomasi bukan mensomasi. Begitu juga dengan kata kapling akan menjadi pengaplingan bukan pengkaplingan. Perkosa akan menjadi memerkosa apabila mendapat awalan me-, bukan memperkosa. Kata target akan menjadi menargetkan bukan mentargetkan, dst.

[Kata-kata dengan fonen k/p/t/s tidak luluh apabila kata dasar merupakan unsur serapan dari bahasa asing dan belum ada padanannya atau belum dimdonesiakan. Misalnya: mentransfer, mensurvei dll.]

5. Namun, tetapi, meski, dan walau

Kesalahan lain pada contoh pada paragraf Dyah Kusuma di atas adalah penggunaan kata meski dan namun dalam satu kalimat. “Namun” menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia sudah bermakna “walaupun demikian” atau “meskipun demikian“, sehingga jika kita menggunakan kata namun, kita tidak lagi menggunakan tetapi, meski atau walaupun.

Namun, meski dan tetapi berfungsi sebagai kata penghubung. Dengan demikian ruas kiri sebagai anak kalimat, ruas kanan pun sebagai anak kalimat sehingga induk kalimatnya tidak ada. Karena itulah kalimat-kalimat itu tidak tergolong kalimat yang baku.

6. Nya

Dalam bahasa Indonesia baku tidak dikenal akhiran -nya. Penggunaan akhiran –nya dipengaruhi oleh ragam bahasa lisan Jawa dan Sunda. Dua contoh di bawah ini diambil dari berita Abbas Yahya (Pagi 04/10) dan Olivia Rosalia (Siang 05/10).

(ANCHOR)

SAUDARA/ LEMAHNYA KONTROL PERTAMINA DALAM PENDISTRIBUSIAN MINYAK TANAH HINGGA PADA TINGKAT AGEN/ MEMBUAT HARGA MINYAK TANAH PADA TINGKAT PENGECER JAUH DI ATAS HARGA ECERAN TERTINGGI YANG DITETAPKAN PEMERINTAH///

ATAU

EPKG](***PKG***)

BAGI PARA ANGGOTA TNI DAN POLRI/ BERJUANG MEMBELA NEGARA/ HINGGA TETES DARAH TERAKHIR/ ADALAH KEBANGGAAN TIADA TARA// KARENANYA TERPAKSA BERHENTI BERTUGAS KARENA MENGALAMI CACAT FISIK/ SEWAKTU MENJALANKAN KEWAJIBAN/ ADALAH HAL YANG MENYEDIHKAN// BAHKAN/ BISA MEMUTUSKAN SEMANGAT HIDUP MEREKA//

Dua contoh di atas menunjukkan penggunaan akhiran -nya. Lemahnya kontrol Pertamina, bisa dibuat dengan kalimat baku menjadi Kontrol Pertamina yang lemah. Kata karenanya, juga bisa diganti oleh karena itu atau karena itu, sehingga kalimat di atas bisa diubah menjadi kata, “Karena itu mereka terpaksa berhenti bertugas karena mengalami cacat fisik

MENURUTNYA/ PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK TUNTUTAN JAKSA PENUNTUT UMUM/ KARENA DALAM TIGA KALI PERSIDANGAN TIDAK MAMPU MENGHADIRKAN TERDAKWA//

Nya juga tidak bisa menjadi kata ganti orang. Menurutnya, katanya adalah contoh kata-kata tidak baku yang sering kita gunakan. Menurutnya bisa diganti menjadi menurut dia atau menurut + nama orang. Pada contoh yang dibuat Donny Kurniawan (Pagi 05/10) itu menurutnya bisa diganti Menurut Marzuki Darusman.

7. Ke, kepada, pada

(ANCHOR)

SAUDARA/ PEMERINTAH AKAN MENGAJUKAN PARA DEBITUR YANG TERLIBAT DALAM KESEPAKATAN MASTER SETTLEMENT AND AQUISITION AGREEMENT/MSAA/ KE PIHAK KEPOLISIAN/ JIKA HANYA MENYERAHKAN ASET YANG NILAINYA SUDAH TURUN DARI NILAI SEBELUMNYA/ YANG MEMBUAT NEGARA BERPOTENSI DIRUGIKAN RATUSAN TRILIUN RUPIAH///

Kutipan di atas saya ambil dari berita Indy Rahmawati (Pagi 03/10). Pemakaian ke untuk menyingkat pengertian kepada, sekali lagi adalah pengaruh bahasa daerah dalam bahasa Indonesia. Sehingga kalimatnya menjadi tidak baku. Fungsi pada dan kepada adalah sbb:

• Pada digunakan untuk menyatakan tempat dan menyatakan waktu. Misalnya pada waktu itu, pada bulan puasa. Kata pada digunakan di depan kata ganti orang, pada saya. Di depan kata bilangan, pada suatu hari. Digunakan di depan kata yang menyatakan waktu, pada bulan puasa. Digunakan di depan kata benda abstrak, pada lamunanku, pada pikiranku dsb.

• Kepada digunakan untuk menyatakan arah dan digunakan di depan kata ganti orang. Contoh: Pemerintah melaporkan debitur yang terlibat dalam kesepakatan MSAA kepada polisi.

8. Di kata tempat dan di kata depan

(ANCHOR)

PEMDA DKI JAKARTA MENGANCAM AKAN MENGHENTIKAN PASOK MINYAK TANAH DAN MENCABUT IJIN USAHA AGEN SERTA PANGKALAN MINYAK TANAH YANG MENJUAL LEBIH MAHAL DARI HARGA ECERAN TERTINGGI/HET// ANCAMAN (Nl DIKELUARKAN MENANGGAPI ADANYA AGEN MINYAK TANAH YANG SAMPAI HARI INI MASIH IVIENETAPKAN HARGA DIATAS HET//

Kutipan lead ini saya ambil dari berita Mira Permatasari (Pagi 03/10). Di memiliki dua fungsi yakni untuk menunjukkan tempat dan di sebagai awalan. Diatas sebagai awalan harusnya dipisah menjadi di atas. Sementara di sebagai kata depan harus disambung seperti diketahui, dilakukan dll. Dalam bahasa lisan barangkali kita tidak bisa membedakan keduanya. Hanya saja harus berhati-hati jika menulis judul pada chargen.

Masih sering kita jumpai judul yang tidak bisa membedakan di kata tempat dan di sebagai awalan.

9. Sesuai undang-undang atau sesuai prosedur.

PROSES EKSEKUSI BISA DILAKUKAN SETELAH DITERBITKAN KEPPRES TENTANG PENOLAKAN GRASI/ KARENA/ SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR TIGA TAHUN 50 TENTANG PERMOHONAN GRASI/ BERKAS PERMOHONAN GRASI ITU MESTI MELALUI PROSES DI BERBAGAI INSTANSI//

atau

SESUAI LETTER OF INTENT DENGAN DANA MONETER INTERNASIONAL/IMF/KEDUA BANK TERSEBUT HARUS SUDAH DIJUAL PEMERINTAH DESEMBER MENDATANG// PENJUALAN KEDUA BANK TERSEBUT KEMUNGKINAN BESAR BARU DAPAT DILAKUKAN PADA TAHUN MENDATANG//

Kalimat sesuai undang-undang atau sesuai prosedur sekilas tidak ada yang salah. Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa pasangan idiomatik yakni pasangan yang harus selalu hadir bersama-sama karena sudah tetap, padu, dan senyawa. Andaikata salah satu unsurnya ditinggalkan, ungkapan idiomatik itu menjadi salah. Kalimatnya pun menjadi salah.

Kalimat sesuai undang-undang atau sesuai letter of intent harusnya ditulis lengkap dengan pasangannya sehingga menjadi sesuai dengan undang-undang atau sesuai dengan prosedur dll. Ada anggapan membuang kata dengan tidak akan bermasalah dan akan menghemat kata. “Kalimat efektif atau ekonomi kata tidak berarti menyalahi aturan berbahasa,” kata J.S Badudu dalam Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar jilid III.

10. Permukiman dan pemukiman

Sering kita melihat kedua kata permukiman dan pemukiman ditukarkan maknanya begitu saja. Berikut contoh berita yang dibuat oleh Esther Mulyanie (Pagi, 05/10):

MENTERI PEMUKIMAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH ERNA WITOELAR MENYATAKAN PEMERINTAH INDONESIA MEMBERIKAN DUKUNGAN SEPENUHNYA BAGI PENGUNGSI TIMTIM YANG MEMILIH MENETAP Dl INDONESIA// UNTUK ITU/ DISIAPKAN BEBERAPA WILAYAH Dl TIMOR BARAT UNTUK PENEMPATAN//

Imbuhan pe- an atau peng- an bermakna “proses melakukan sesuatu”. Jadi kata pemukiman berarti proses memukimkan. Erna Witoelar bukan Menteri pemukiman tapi menteri permukiman. Walaupun urusan memukimkan kembali menjadi sebagian tugas Departemen Permukiman. Demikian juga dengan kata penempatan dalam contoh di atas. Penempatan tidak berarti lokasi dalam konteks kalimat itu. Penempatan berarti proses menempatkan atau memukimkan. Permukiman sama maknanya dengan perumahan.

11. Seperti tidak sama dengan antara lain, adalah atau yaitu.

RAPAT KOORDINASI MENTERI-MENTERI BIDANG POLSOSKAM/ DIMULAI PUKUL 10 PAGI TADI// RAPAT INI DIPIMPIN OLEH MENKO POLSOSKAM/ SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DAN DIHADIRI BEBERAPA MENTERI/ SEPERTI MENTERI AGAMA THOLHAH HASAN/ MENTERI KOPERASI ZARKASIH NUR/MENDIKNAS YAHYA MUHAIMIN/

Kata seperti tidak sama dengan antara lain. Menurut KUBI, seperti artinya mirip. Kalau kita rujuk paragraf di atas berarti yang hadir di rapat polkam itu mirip menteri agama, mirip menteri koperasi dll. Penggunaan kata seperti pada contoh di atas menunjukkan kita masih menggunakan bahasa pasar dalam membuat kalimat-kalimat. Seharusnya menggunakan kata baku.

12. Antara… dengan

(ANCHOR)

SAUDARA/ MENTERI KEUANGAN PRIJADI PRAPTOSUHARDJO MENGAKU[/PERBEDAAN PANDANGAN ANTARA PEMERINTAH DENGAN BANK INDONESIA MENGENAI JUMLAH' SERTA KRITERIA UNTUK MENILAI BANTUAN LIKUIDITAS BANK INDONESIA; BLBI/

Contoh di atas saya ambil dari berita Merdi Sofansyah (Petang 10/10). Bahasa Indonesia baku mengenai pasangan kata. Antara ... berpasangan dengan dan bukan dengan dengan. Antara aku dan dia bukan antara aku dengan dia.

13. Penutup

Masih banyak beberapa contoh kata, kalimat dan dalam naskah kita yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar. Dalam beberapa edisi berikutnya akan kita bahas serial "kesalahan-kesalahan berbahasa" ini.

Kesalahan berbahasa

Evaluasi Tanggal 11 Oktober

1. Menulis Kembali

Pelajaran yang baik untuk membuat naskah berita TV adalah menulis kembali (rewriting). Harap dipisahkan pengertian menulis kembali dengan menyalin (to copy). Pelajaran menulis kembali sebetulnya datang dari desk daerah atau luar negeri yang menggunakan video wire. Namun dalam perkembangannya, menulis kembali kemudian menjadi standar bagi script editor.

Di banyak stasiun sebenarnya fungsi redaktur (desk editor) seperti yang kita jalankan selama ini, dibagi dalam dua tugas yang dipisahkan secara tegas yakni fungsi asignment editor dan fungsi script editor. Namun kita—karena keterbatasan SDM—mengabungkan kedua fungsi ini dalam satu tugas redaktur. Kelemahannya adalah, banyak redaktur yang memiliki kemampuan lapangan yang bagus namun tidak memiliki kemampuan menulis naskah berita yang baik. Atau sebaliknya, bisa menulis bagus tapi jaringan di lapangan lemah. Suatu saat kita harus memikirkan pembagian tugas redaktur sebagaimana layaknya di sebuah news station.

Mengapa menulis kembali menjadi penting daiam membuat naskah berita TV? "Tulisan yang baik ialah tulisan yang (hampir selalu) ditulis kembali, " kata Maury Green.

Penulis naskah biasanya akan menemukan bahwa ia dapat mengembangkan tulisan semula dengan jalan menulis ulang. Menulis kembali umumnya dapat meringkaskan cerita (news story) atau membuat naskah itu bercerita (story telling). Bagi para script editor, Ted White dalam Broadcast News Writing, Reporting and Production, menyarankan:

• Bacalah sekali atau dua kali seluruh naskah itu sampai Anda benar-benar memahami semua fakta yang terdapat dalam naskah itu.

• Pahamilah hal-hal pokok yang terdapat dalam naskah tersebut.

• Ucapkanlah fakta-fakta dan hal-hal pokok itu seolah-olah Anda menceritakannya kepada kawan Anda.

• Tulislah.

• Poleslah dan kemudian sunting gambarnya.

2. Lafal Yang Benar

Berbeda dengan media cetak, jurnalistik televisi mengharuskan kita mengucapkan kata dengan lafal yang benar, karena kita membacakan untuk didengar pemirsa. Pusat Bahasa merumuskan, lafal yang benar dalam bahasa Indonesia sedikitnya memenuhi unsur di bawah ini:

• Tekanan kata dalam kalimat

• Pemenggalan kalimat

• Enunsiasi atau kejelasan

• Intonasi atau lagu kalimat

Keempat syarat ini hanya menyangkut ragam lisan, bukan kualitas yang harus dimiliki dalam penulisan naskah berita.

Contoh:

...JAKSA AGUNG MARZUKI DARUSMAN MEMBENARKAN ADANYA PERISTIWA KEKERASAN YANG TERJADI BELAKANGAN INI//KARENA PEMILIKAN SENJATA API OLEH IVIASYARAKAT//

Penggalan kalimat di atas saya ambil dari berita Liputan 6 Pagi 19 September. Berita dari tim hukrim ini dibaca oleh Erfan (Editor). Sekilas tak ada yang salah, namun karena pemenggalan dan intonasi voice over yang keliru, akhirnya kalimat tersebut ditangkap pemirsa : Jaksa Agung membenarkan kekerasan. Padahal yang benar adalah:

JAKSA AGUNG MEMBENARKAN BAHWA BERBAGAI PERISTIWA KEKERASAN YANG TERJADI BELAKANGAN INI/BERKAITAN DENGAN PEMILIKAN SENJATA API OLEH MASYARAKAT//

Daftar di bawah ini adalah kata-kata yang sering salah kita lafalkan:

a. Pasca bukan dibaca Paska

b. CNN (ce-en-en) bukan dibaca ci- en- en

c. BBC (be-be-ce) bukan dibaca bi-bi-si

d. CGI (ce-ge-i) bukan dibaca ci-ji-ai

e. MTQ (em-te-ki) bukan dibaca enn-te-kyu

f. Objek bukan dibaca obyek

g. Energi bukan dibaca enerji

h. Persen bukan dibaca presen atau prosen

Contoh:

(ANCHOR)

UNTUK MENCAPAI TARGET PENERIMAAN PAJAK SEBESAR 173 KOMA 4 TRILIUN RUPIAH PADA RAPBN 2001/PEMERINTAH AKAN MEMPERLUAS OBJEK PAJAK/SERTA MENINGKATKAN NILAI OBJEK PAJAK/KHUSUSNYA DARI KALANGAN PENGUSAHA//roll vtr...

(Sentot Nurahman/Pagi 13/10)

Untuk akronim asing panduannya adalah dibaca sesuai dengan lafal aslinya.

a. Unesco dibaca yunesko

b. Unicef dibaca yunisef

c. SEA Games dibaca si - geyms

kecuali singkatan asing yang membentuk satu kata harus dibaca sesuai dengan lafal penutur Indonesia.

a. NATO dibaca nato bukan neto

b. ASEAN dibaca asean

c. UNTAET dibaca untaet

dalam perkembangan berbahasa, ada beberapa akronim dan singkatan yang kemudian berkembang menjadi kata. Misalnya:

• Laser : light amplification by simulated emission of radiation

• Radar : radio detecting and ranging

• Sonar : sound navigation ranging

• Tilang : bukti pelanggaran

Laser, radar dan sonar dibaca sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Laser misalnya tidak dibaca leser.

Di TVRI untuk akronim dalam bahasa Indonesia yang boleh masuk dalam naskah dan lead berita adalah akronim yang memiliki dua sampai tiga suku kata. Selebihnya harus dibaca utuh. (Soewardi ldris dalam "Berita Televisi")

Contoh:

a. Golkar, pemilik, jukiak, kepres, puskesmas, pusdikiat, Polri dll.

b. Danpusenif harus dibaca Komandan Pusat Persenjataan Infanteri.

c. Sishankamrata harus dibaca sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta

Sebaik-baiknya naskah berita adalah naskah yang menghindari singkatan dan akronim.

Rumusan lain adalah, televisi tidak diperkenankan memopulerkan istilah, singkatan, dan akronim yang tidak lazim. Biarkan media cetak terlebih dulu memopulerkannya. Bila sudah lazim baru televisi menggunakannya. Contoh ABG, dulu istilah ini hanya digunakan oleh "anak gaul" lalu dipopulerkan oleh media cetak. Kini ABG untuk menyebut remaja tanggung sudah mulai masuk dalam naskah berita.

Dalam membaca singkatan, Pusat Bahasa merumuskan "dibaca dulu bentuk lengkapnya baru singkatan atau akronimnya."

Misalnya:

SAUDARA/MENTERI DALAM NEGERI MENYERAHKAN DAFTAR ISIAN PROYEK ATAU DIP TAHUN ANGGARAN 2000 KEPADA GUBERNUR OKI JAKARTA//BUKAN:



SAUDARA/DIP ATAU DAFTAR ISIAN PROYEK UNTUK DKI JAKARTA/HARI INI DISERAHKAN OLEH MENDAGRI//

Lafal yang benar juga termasuk membaca fonem /e/. Indonesia mengenal dua fonem /e/ yakni /e/ keras atau /e taling/ dan /e/ lembut atau /e pepet/.

Daftar berikut adalah kata-kata yang menggunakan /e/ keras atau /e/ taling:

• senjang

• peka

• rebak

• memang

• pelak

• berang

• tera

Daftar berikut adalah kata-kata yang menggunakan /e/ lembut atau /e/ pepet

• senja

• pemda

• tegas

• rebus

• menang

• pelan

• berang-berang

2. Nampak dan Tampak

[REPORTER=RIS WIJAYANTO]

[DATE=11/10/00]

[SHOW= PAGI]

SAUDARA//PERJUANGAN TERHADAP MASALAH BURUH ANAK-ANAK/HINGGA SAAT INI NAMPAKNYA MASIH TERUS DIPERJUANGKAN OLEH KAUM IBU //SEPERTI YANG DILAKUKAN OLEH KAUM IBU YANG TERGABUNG DALAM PENGAJIAN BABUSSALAM//

Penyengauan bunyi awal suatu kata biasa terdapat dalam bahasa Jawa/Sunda. Lalu kebiasaan itu terbawa kepada penutur berbahasa Indonesia. Interferensi struktur daerah ke dalam struktur Indonesia tidak perlu terjadi. Jadi bentuk yang benar adalah tampak bukan nampak. Jika mendapatkan imbuhan me- kan maka tampak akan berubah menjadi menampakkan.

4. Antar dan Anti

[CG-JUDUL=PERANG ANTAR DESA. PULUHAN RUMAH HANGUS/ LAMPUNG]

[CG=JUDUL=RESOLUSI ANTI ISRAEL Dl SIDANG IPU/JAKARTA]

Kedua judul di atas saya ambil dari Liputan 6 Petang tanggal 15 Oktober 2000.

Penggunaan partikel antar dan anti pada naskah, judul dan ikon kita belum baku menurut EYD.

• Prefiks anti berfungsi untuk melawan apa yang disebut dalam kata dasar. Persamaan anti adalah kontra. Sebagaimana prefiks lainnya maka penulisan anti harus disambung dengan kata dasarnya, sehingga Anti Israel harus ditulis Anti-Israel. Demikian juga dengan kontra, misalnya, kontraproduktif dll.

• Prefiks antar berfungsi untuk menyatakan lokasi yang menghubungkan dua hal dalam kata dasar, sehingga kata antar desa harus ditulis bersambung menjadi antardesa.

Persamaan antar adalah inter, misalnya, interlokal, interkultural dll.

Prefiks-prefiks yang ditulis bersambung lainnya adalah:



a. prefiks a : amoral, apatis, asosial dll.

b. prefiks pra : prasejarah, prasangka, prasaran dll.

c. prefiks auto dan swa : autobiografi, autodidak, swalayan, swadaya

d. prefiks re dan ulang: : reorientasi, restrukturisasi,ulangcetak, ulangdaur

e. prefiks bi dan dwi : dwiwarna, bilingual, biseks, bipolar

f. prefiks pasca : pascapanen, pascasarjana

g. prefiks serba : serbaguna, serbaneka, serbakurang

h. prefiks maha : mahaguru, mahasiswa, mahamulia kecuali Maha Esa

i. prefiks super dan supra : supersonik, superbesar, supranatural

j. prefiks trans dan ultra : transgenik, ultramodern

k. prefiks uni : unieropa, unilateral

l. prefiks semi : semipermanen, semifinal

rn. prefiks ekstra : ekstrakurikulum, ekstralembut

n. prefiks hiper : hipermarket, hipertensi

o. prefiks eks : eks-presiden

p. prefiks mega : megakolusi, megabintang

q. preflks pro : projakarta, prosoeharto

r. preflks pol : poligami, poliklinik

s. prefiks pan : pan-Asia, pan-Amerika

Penulisan sambung juga berlaku untuk ukuran satuan panjang, luas, dan berat.

Misalnya:

1. kilometer bukan kilo meter

2. sentimeter bukan centi meter

3. kilogram bukan kilo gram

4. gigawatt bukan giga watt

5. megaton bukan mega ton

6. kiloliter bukan kilo liter

1. Lead dan Vision Story

Banyak orang menyebut yang dibacakan oleh anchor pada awal berita adalah lead. Istilah lead sebenarnya jarang digunakan dalam jurnalistik televisi. Jurnalistik televisi mengenal istilah vision story (VS) sebagai lead. Pada media cetak, lead kadang terdiri dari satu atau dua paragraf dengan memuat lengkap 5 W 1 H, tetapi pada televisi, VS tidak harus memuat lengkap 5 W 1 H. Paling tidak tiga unsur dari 5 W 1 H sudah terlihat di VS. VS yang baik adalah kalimat yang memberi visi dengan satu gagasan cerita.

Ivon York, dalam The Technique of Television News mengatakan VS adalah satu atau dua kalimat yang mengantarkan pemirsa untuk menyaksikan aktualitas. Actual event tidak berada pada VS. Berikut rangkuman VS menurut Ivon York:

1. Panjang tidak lebih dari dua atau tiga kalimat.

2. Yang sudah disampaikan dalam VS tidak boleh ada lagi dalam narasi berita.

3. Ringkas, namun tetap memiliki satu gagasan cerita.

4. Penyiar berita yang membacakan VS idealnya tampil 15 sampai 20 detik (untuk ukuran 60 kata)

Sekarang marilah kita lihat beberapa lead yang pernah kita buat.

Contoh 1

[REPORTER=ARFAN YAP BANO]

[CAM=HARYO DEWANTO]

[DATE=20/20/00]

[SHOW= PAGI]

[VO] (***VO***)



(ANCHOR)

INDONESIAN CORRUPTION WATCH / ICW / KHAWATIR TERULANGNYA KEBOCORAN DALAM PENGGUNAAN CGI SEBESAR 4 KOMA 8 MILIAR DOLAR AMERIKA//

Contoh 2

/REPORTER=INDY]

[CAM=ANTO]

[DATE=20/10/00]

[SHOW= PAGI]



[ANCHOR}

PENERBITAN OBLIGASI BARU UNTUK MENGGANTIKAN OBLIGASI REKAPITALISASI PERBANKAN/DINILAI DAPAT MENGURANGI BEBAN KEUANGAN PEMERINTAH// roll...

Dua contoh di atas adalah VS yang hanya mengandung satu kalimat. Jika dibaca, Anchor hanya membutuhkan waktu 10 detik. Dua VS ini sangat minim gagasan cerita, karena keduanya tidak lebih dari pernyataan. Kalau khawatir lalu apa? Kalau beban pemerintah berkurang lalu mengapa? Dari segi psikologi penonton juga bisa dirujuk mengapa VS dengan satu kalimat pendek harus dihindari.

Ingatlah, saat membaca berita anchor berada pada posisi the talking head (kepala yang berbicara) atau subjek statis. Subjek statis hanya bisa ditampilkan 15 sampal 20 detik. Dua contoh di atas hanya dibaca oleh anchor 10 detik bahkan 7 detik. Penampilan gambar yang terlalu seketika menurut Gerald Millerson dalam The Technique of Television Production tidak akan memuaskan penonton karena mereka tidak mampu memahanni apa yang hendak disampaikan oleh gambar itu.

Contoh berikut adalah contoh VS yang hanya terdiri dari satu kalimat tapi sudah memiliki satu gagasan cerita. Contoh ini telah memenuhi syarat minimal dalam membuat VS. Gagasan cerita pada VS ini adalah, karena kinerja yang buruk maka Komisi IX DPR minta Ombudsman BPPN dibubarkan.

Contoh 3

[REPORTER=ABBAS YAHYA]

[CAM=SUJADMOKO]

[DATE=19/10/00]

[SHOW= PETANG]

{ANCHOR

SAUDARA/KALANGAN ANGGOTA KOMISI SEMBILAN DPR Rl MEMINTA AGAR KOMITE OMBUDSMAN BPPN DIBUBARKAN/KARENA KINERJANYA RENDAH//

Contoh 4

[REP=ula]

[DATE=20/10/00]

[SHOW=PAGI]

{ANCHOR\

TENGGAT WAKTU 48 JAM BAGI DIMULAINYA GENCATAN SENJATA / GAGAL TERLAKSANA Dl TEPI BARAT// BERBAGAI BENTROKAN TERUS BERLANJUT/ DAN KORBAN TERUS BERJATUHAN//

Contoh di atas adalah VS yang benar. Terdiri dari dua kalimat dan gagasan cerita sudah mudah ditangkap dalam waktu 15 detik.

Lead yang lebih dari tiga kalimat juga tidak benar. Selain terlalu lama, VS lebih dari tiga kalimat sudah mengalahkan actual event yang sesungguhnya sudah bisa diperlihatkan melalui gambar dan narasi. Karena itu menurut Millerson, the talking head yang lebih dari 30 detik akan membuat perhatian pemirsa mengembara dan tidak terkonsentrasi. Untuk pembaca berita, jika panjang VS lebih dari tiga kalimat atau setara lebih dari 30 detik maka subjek statis harus dipindahkan ke pembaca berikutnya. (Jika menggunakan dua anchorseperti di berita Pagi). Jika satu anchor maka harus diperhatikan betul bahwa penampilan anchor harus antara 15 sampai 20 detik. Kecuali untuk membaca reader.)

Contoh 5

[REPORTER=INSAN KAMIL]

[CAM=ADI ISKARPANDI]

[DATE=26/10/00]

ISHow= PAGI]

{ANCHOR

SAUDARA / GEMPA TEKTONIK BERKEKUATAN 6,5 SKALA RICHTER YANG TERJADI RABU SORE KEMARIN MENGGUNCANG DAERAH PANDEGELANG JAWA BARAT// GETARAN GEMPA TEKTONIK YANG DIRASAKAN SAMPAI KE JAKARTA INI/ MENGAKIBATKAN SEBUAH SEKOLAH SD DAN SEKITAR 50 RUMAH PENDUDUK DESA MEKARSARI KECAMATAN PANIMBANG KABUPATEN PANDEGELANG JAWA BARAT ROBOH DAN RUSAK BERAT//

Sebenarnya VS ini bisa lebih ketat menjadi:

SAUDARA/ GEMPA TEKTONIK BERKEKUATAN 6,5 SKALA RICHTERYANG TERJADI RABU SORB MENGGUNCANG DAERAH PANDEGELANG JAWA BARAT//SEBUAH SEKOLAH DAN 50 RUMAH PENDUDUK RUSAK BERAT//

2. Membantah Siapa?

[DATE=19/10/00]

[SHOW= PETANG]

{**ON CAM**)

SAUDARA/PIHAK AIR WAGON INTERNASIONAL/AWAIR MEMBANTAH ADANYA PEMBERITAAN/TENTANG TERBAKARNYA SEBUAH PESAWAT PERUSAHAAN PENERBANGAN TERSEBUT Dl BANDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN/KALIMANTAN TiMUR// MENURUT PIHAK AWAIR/ PESAWAT JURUSAN JAKARTA-BALIKPAPAN DENGAN NOMOR REGISTRASI PK-AWA JENIS AIRBUS A310-300 TERSEBUT SAAT INI BERADA DALAM KONDISI UTUH Dl BANDARA SEPINGGAN//

Berita yang dimuat di Liputan 6 Petang ini mengejutkan. Tidak ada asap tidak ada api, tiba-tiba kita membantah bahwa sebuah pesawat dikabarkan mesinnya terbakar. Sebelumnya kita tidak pernah memberitakan hal ini. Kesannya seolah-olah kita menjadi juru bicara AWAIR. Memang RCTI sempat memberitakan hal ini pada sekilas info pukul 16.00. Harusnya berita yang kita buat di atas untuk posisi RCTI bukan SCTV. Jika SCTV ingin membuat juga bantahan itu, mestinya kita memulai dengan faktanya terlebih dulu.

***

Ini adalah bagian akhir dari empat episode tulisan saya tentang kesalahan berbahasa yang sengaja atau tidak sengaja telah kita lakukan. Sebelum menutup evaluasi berbahasa ini saya ingin mengingatkan kembali bahwa catatan saya terdahulu tak lebih dari catatan. Usai rapat evaluasi ia menjadi kertas usang. Berbagai kesalahan berbahasa yang telah kita bahas bersama selalu terulang. Misalnya penggunaan pasangan idiomatik sesuai dengan, penggunaan meski dan tapi dalam satu kalimat, merubah, dirubah, pemboman dan banyak kesalahan lainnya. Cerdas berbahasa dan cermat berkalimat adalah ciri khas pekerjaan jurnalistik yang kita geluti.

Berikut catatan akhir saya tentang kesalahan berbahasa.

1. Ditemui usai, dan menurut ...

Contoh 1

DITEMUI SESUAI MEMIMPIN RAPAT UNI ANTAR PARLEMEN/KAMIS SIANG/KETUA DPR/AKBAR TANDJUNG MENYATAKAN RENCANA PEMBENTUKAN BADAN INTELIJEN BARU/YANG DIUSULKAN DEPARTEMEN PERTAHANAN/HARUS DITINJAU ULANG// KARENA/ SAAT INI LEMAHNYA PERANAN INTELIJEN LEBIH DISEBABKAN PERSOALAN PENDANAAN/DAN TIDAK ADANYA KOORDINASI ANTAR ORGANISASI INTELIJEN// KARENA ITU /AKBAR MEMINTA DEPARTEMEN PERTAHANAN UNTUK LEBIH MENGAKTIFKAN PERAN BADAN INTELIJEN KEJAKSAAN AGUNG DAN KEPOLISIAN// (IVIahmud/ Pagi 20 Oktober)

Contoh 2

MENURUT JHONSON PANJAITAN SELAKU KUASA HUKUM TERSANGKA PENGEBOMAN GEDUNG BURSA EFEK JAKARTA/ TENGKU ISMUHADI DAN KAWAN-KAWAN/KETIDAK HADIRAN 15 ORANG SAKSI INI DIDUGA ADA TEKANAN DARI PIHAK TERTENTU///MENGINGAT MALAM SEBELUMNYA PARA SAKSI DAN SATU ORANG AHLI HUKUM MENYATAKAN KESEDIAANYA UNTUK HADIR DIPERSIDANGAN GUGATAN PRAPERADILAN TERHADAP POLDA METRO JAVA DIPENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN///NAMUN SAAT PAGI HARINYA/PARA SAKSI TERSEBUT TIDAK ADA DI TEMPAT TANPA ADA KETERANGAN///

(Roy/Slang/30 Oktober)

Saya mengambil dua contoh kalimat awal dari paket berita kita. Kesalahan umum yang terjadi adalah memulai paket dengan “Ditemui usai …” atau “Menurut …”. Kalau Anda perhatikan contoh satu, hilangkan kata “Ditemui usai” atau hilangkan “Menurut Akbar Tanjung” maka kalimat Anda akan langsung masuk pada substansi dan gambar tidak akan terfokus pada Akbar Tanjung atau acara yang dihadiri Akbar Tanjung. Dengan masuk pada substansi maka gambar anda bisa berupa establish shoot Gedung Bakin, Gedung Dephan atau Markas BAIS.

Contoh dua lebih fatal, reporter sebenarnya sudah berhadapan dengan actual event, tapi redaktur yang bertugas mengubahnya menjadi talking news dengan memulai kata “Menurut Johnson Panjaitan” pada awal kalimat. Kalau kita hilangkan kata “Menurut” sebenarnya jalan cerita sudah menyentuh substansi bahwa ketidakhadiran para saksi karena ada tekanan. Mengapa harus dikutip pernyataan Johnson?

2. Berlebihan

Contoh 3

{ANCHOR}

SAUDARA/ MENKO POLSOSKAM SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MENYATAKAN/ SAAT INI DIPERLUKAN PENATAAN KEMBALI FUNGSI DAN HUBUNGAN LEMBAGA INTELIJEN YANG SUDAH ADA/ SEPERTI BAKIN DAN BAIS// HAL INI DILAKUKAN AGAR PEMERINTAH DAPAT MENGAMBIL KEPUTUSAN DAN KEBIJAKAN SECARA AKURA17/

Kata-kata seperti “Lembaga intelijen yang sudah ada”, “Rumah sakit terdekat”, Undang-undang yang berlaku”, “Alternatif lain” dapat dikategorikan rangakaian kata “berlebihan”. Kita tidak bisa mengefektifkan kalimat yang memang seharusnya kita efektifkan. Bahkan kita menambahkan kata-kata yang tidak perlu kita tambahkan. Jika kita hilangkan kata-kata tambahan itu, maknanya kan tidak berubah. Memangnya pemerintah mau menata lembaga inteiijen yang tidak ada atau sudah tutup? Atau undang-undang yang tidak berlaku apakah masih digunakan. Kalau ada kecelakaan, mungkinkah kita membawa ke rumah sakit terjauh? Untuk kata alternatif, bukanlah alternatif sudah memberikan pengertian “lain”

Contoh 4

{ANCHOR}

SAUDARA/SEKITAR 48 RIBU PEGAWAI BADAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI NASIONAUBKIN/YANG MENGGANTIKAN KEBERADAAN DEPARTEMEN PENERANGAN/ HINGGA KINI MASIH BELUM MENGETAHUI/ BIDANG TUGAS YANG HARUS DIKERJAKAN// AKIBATNYA/ BANYAK PEGAWAI YANG TIDAK MASUK KANTOR/DAN LEBIH SUKA MENCARI KERJA SAMBILAN// vtr roll… (Cjadijah/Petang 19 Oktober 2000)

Coba hilangkan kata “keberadaan”, samakah pengertiannya? Ini juga contoh kasus membuat kalimat “berlebihan”.

3. Kepada SCTV dan menjawab pertanyaan SCTV

Contoh 5:

SECARA TERPISAH/ EDWARD SITORUS KEPADA SCTV MENGATAKAN/ AKIBAT AKSI MOGOK DAN UNJUK RASA KARYAWAN ITU/ PTPN II RUGI MILIARAN RUPIAH//PIHAKNYA MENSINYALIR/ ADA OKNUM TERTENTU YANG MEREKAYASA UNJUK RASA DAN MEMBIAYAI KARYAWAN UNTUK MELAKUKAN AKSI MENGINAP Dl GEDUNG DEWAN// (Chairul Dharma Pagi 20 Oktober)

Contoh 6

MENJAWAB PERTANYAAN SCTV SEBELUM MENYAMPAIKAN SAMBUTANNYA PADA ACARA FORUM SILATURAHMI PARA DA’1 SE-IBUKOTA/ Dl BALAI AGUNG/BALAIKOTA/ JAKARTA/ KAMIS SIANG/ GUBERNUR DKI JAKARTA SUTIYOSO MENGATAKAN PIHAKNYA TELAH MENERIMA SEJUMLAH DUKUNGAN DARI MASYARAKAT MENYANGKUT KEBERADAAN HANSIP YANG SELAMA INI DIFUNGSIKAN MENGGANTIKAN PERAN PENGATUR JALAN YANG DIKENAL DENGAN SEBUTAN PAK OGAH// (Jannus/Petang 19 Oktober)

Memakai “kata kepada SCTV” atau “menjawab pertanyan SCTV” sebenarnya dimaksudkan untuk memberikan kesan eksklusif. Betulkah berita di atas eksklusif? Eksklusivitas sebenarnya menyangkut dua hal, pertama, tentang seseorang, yang kedua tentang substansi. Menemui Panglima GAM adalah eksklusif karena tidak semua orang bisa bertemu sang tokoh. Mewawancarai Edward Sitorus atau Gubenur Sutiyoso adalah hal biasa. Topik hansip dan soal demo buruh toh kejadian biasa. Mewawancarai Wiranto, tanpa memberi pertanyaan yang menjawab keingintahuan pemirsa menjadi tidak eksklusif karena itu selektiflah menggunakan kata-kata seperti kepada SCTV ini hanya untuk eksklusivitas.

4. Mempersilahkan dan Menghimbau

Contoh 7

[ANCHOR]

SAUDARA/ PLN MEMPERSILAHKAN ASOSIASI PERUSAHAAN MENGADUKAN MASALAH KENAIKAN TARIF DASAR LISTRIK KEPADA DPR/AGAR LEMBAGA/ TINGGI NEGARA ITU DAPAT MENGELUARKAN KEPUTUSAN POLITIK//{Jufri/Pagi 21 Okt)

Menurut KUBI silahkan dengan huruf “h” adalah yang tidak baku. Jadi pada contoh di atas harusnya ditulis mempersilakan bukan mempersilahkan. Demikian juga dengan kata himbau dan handal yang baku adalah imbau dan andal sehingga kita menggunakannya menjadi mengimbau bukan menghimbau, atau atlet andal bukan atlet handal.

5. Terlantar, terlanjur dan terlentang

Contoh 8

IANCHOR\

RATUSAN PENUMPANG DAN CALON PENUMPANG KERETA API JURUSAN BANDUNG DAN JAKARTA; TERLANTAR DI DUA STASIUN DI YOGYAKARTA/ AKIBAT DIBATALKANNYA SEMUA KEBERANGKATAN KERETA KE JURUSAN TERSEBUT/ HARI INI// PEMBATALAN ITU DILAKUKAN / MENYUSUL ANJLOKNYA KERETA ARGO DWIPANGGA Dl STASIUN PATUGURAN DAN BANJIR Dl JALUR CIPARI-MLUWUNG// (Wiwik Susilo/ Petang 30 Okt)

Contoh kata bentukan yang digunakan secara tidak benar adalah tiga kata di atas yakni terlantar, terlanjur, dan terlantang. Ketiga kata ini menurut KUBI sebenarnya memiliki kata dasar antar, anjur, dan lentang. Untuk ketiga kata ini terjadi proses desimilasi atau pengawalarasan . Ter + anjur = tel + anjur = telanjur. Ter + antar = tel + antar = telantar.

Ter + lentang = telentang. Lama kelamaan orang menganggap lanjur dan lantar sebagai kata dasar. Dalam KUBI dan Kamus Besar Bahasa Indonesia kita akan menemukan bahwa entri kata-kata di atas adalah telanjur, telantar dan telentang. Jika kita ingin nnemberi arti wajah menghadap ke atas untuk kata telentang, penulisan yang benar adalah tertelentang, bukan telentang. Demikian juga untuk menyebutkan wajah menghadap ke lantai, kata yang benar adalah tertelungkup, bukan telungkup. Artinya, apa yang kita gunakan selama ini untuk tiga kata di atas adalah keliru.

6. Menulis Singkatan dan Akronim

[GITETI

[CG=JUDUL=MENKEU: Nasib Proyek Gitet Belum Ditentukan/ JKTI Judul di atas saya ambil pada chargent berita Petang 30 Oktober 2000. Dua pekan lalu saya sudah membuat ulasan mengenai pelafalan akronim dan singkatan, baik asing maupun lokal. Kali ini kita coba urai mengenai penulisan singkatan. Menurut EYD singkatan ditulis dengan huruf besar tanpa titik di antara huruf atau akhir huruf. Jika singkatan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi yang benar adalah GITET bukan Gitet.

Lain halnya dengan akronim, EYD menentukan penulisan akronim hanya huruf pertama dari akronim itu ditulis dengan huruf kapital atau besar. Contoh Bappenas bukan BAPPENAS

* sumber : pondok bahasa
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS