untuk ibu

Allah, jika memang permintaan ibuku yang terbaik untuk meninggalkan impianku saat ini.
Maka, akan kutinggalkan semua ini karena Tuhanku dan restu ibuku

Allah, jika memang mimpi ibuku lebih utama daripada mimpiku demi kebaikanku.
Maka, akan kulakukan itu untuk Tuhanku dan ibuku semata.

Allah, jika perkataan ibuku yang terbaik untuk diriku.
Maka, aku akan berhenti berkata apa pun karena Tuhanku dan ibuku.

Allah, jika menurut ibuku apa yang kukejar dan kurintis selama ini tidak baik untuk saat ini.
Maka, akan kuhentikan semua tindakanku sekarang juga karena Tuhanku dan ibuku.

Allah, aku percaya restu-Mu ada di ibuku.

Mulai saat ini yang akan kukejar adalah mimpi dan keinginan ibuku. Aku akan lupakan semua target-target pencapaian mimpiku itu.

berperan menjadi seorang wanita sejati sesuai tuntunan kodrat Ilahi adalah mimpi ibuku yang kini akan menjadi targetku.

Aku berusaha tidak akan mengatakan, "tenang" kepada ibuku meskipun aku baik-baik saja dan dapat menjalani hidup ini. Karena, sesungguhnya ibuku sangat panik, cemas, sungguh sangat mengkhawatirkanku.

Maka, mulai saat ini aku akan melebur dengan rasa ibuku; merasakan kecemasan itu, kepanikan itu, kekhawatirkan itu. Dan, sesegera mungkin akan kuhapus kepanikan, kecemasan, dan kekhawatiran itu demi mimpi ibuku dan kebaikanku.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Mengharap Rahmat Allah Ta'ala

Rasulullah Saw bersabda bahwa:

“Sesungghunya Allah Ta’ala mempunyai seratus rahmat . Allah turunkan salah satunya ke bumi untuk semua penghuinya. Rahmat (yang satu) itu membuat lapang (bahagia) penghuni bumi sampai ajal mereka. Nanti pada hari kiamat Allah mencabut rahmat (yang satu) itu lalu menggabungkannya dengan yang 99, sehingga lengkap seratus rahmat (yang kemudian diberikan) kepada kekasih-kekasih Allah dan orang-orang yang taat kepadaNya.” (Al-hadits)

Al-Fakih menuturkan kisah yang bersumber dari hadits Rasulullah Saw, yang menceriterakan bahwa rahmat Allah itu meliputi segalanya. Bahkan seorang yang beribadah 500 tahun pun tidak sebanding dengan 1/100 rahmat Allah yang diberikan kepada manusia.

Kisah ini diriwayatkan dari Muhammad bin Al-Munkadir dari Jabir bin Abdullah Al-Ansyari r.a., bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“Karibku, Jibril a.s., baru saja datang kepadaku dan berkata, ‘Wahai Muhammad, demi Dzat yang mengutusmu sebagai nabi, sesungguhnya ada seorang hamba Allah yang beribadah kepada Allah Ta’ala selama 500 tahun dipuncak gunung yang lebar dan panjangnya 30 hasta dan dikelilingi oleh laut seluas 4.000 perjalanan (farsakh). Dari setiap penjuru Allah memancarkan sumber air segar selebar satu jari dari bawah gunung itu, dan Allah mengaruniakan pohon delima yang setiap hari berbuah sebuah delima.

Setiap sore hari ia turun untuk berwudu dan memetik delima itu dan memakannya. Kemudian ia shalat dan memohon kepada Tuhannya agar nyawanya dicabut saat ia sedang dalam bersujud dan badannya tidak tersentuh oleh bumi yang lain sampai nanti dibangkitkan. Sewaktu ia sedang sujud, Allah mengabulkan permohonannya itu. ‘Jibril a.s juga berkata, ‘Apabila kami melewatinya, baik sewaktu kami turun maupun naik, ia tetap berada dalam keadaan yang sama, yakni dalam keadaan sujud. ‘Kemudian kami ketahui, bahwa kelak pada hari kiamat ia akan dibangkitkan lalu dihadapkan kepada Allah Ta’ala, lantas Allah Yang Maha Pemberkah lagi Maha Tinggi berfirman,

‘Masukanlah hamba-Ku ini ke dalam surga karena rahmat-Ku. ‘

Orang itu menjawab, ‘yang benar adalah karena amalku.’

Allah Ta’ala lantas berfirman kepada malaikat-Nya, ‘Hitunglah amal hamba-Ku ini, besar mana antara nikmat-Ku dengan amal perbuatannya.’

Kemudian didapatkan bahwa nikmat penglihatan saja sama dengan ibadahnya selama 500 tahun, padahal masih banyak nikmat-nikmat tubuh yang lain. Karenanya Allah berfirman, ‘Masukanlah hamba-Ku ini ke neraka.’

Orang itu lalu di tarik ke dalam neraka dan ia berkata, ‘ Wahai Tuhanku, karena rahmat-Mu masukannlah saya ke dalam surga.’

Allah lantas berfirman, “Kembalikanlah ia.’

Kemudian ia dibawa ke hadapan-Nya, lalu Allah bertanya, ‘ Wahai hamba-Ku, siapakah yang menciptakamu?’ Ia menjawab, ‘Engkau, wahai Tuhanku.’

Allah bertanya, ‘Siapakah yang menempatkanmu di tengah-tengah kebun, siapakah yang mengeluarkan air tawar dari tengah-tengah air yang asin, siapakah yang mengeluarkan delima diwaktu sore, padahal delima itu hanya keluar setahun sekali, dan kamu memohon kepada-Ku agar Aku mencabut nyawamu sewaktu kamu sedang sujud dan Aku telah melakukannya. Siapakah yang melakukan semua itu?’

Ia menjawab, ‘ Engkau wahai Tuhanku.’

Allah berfirman, ‘Itu semua adalah karena rahmat-Ku. Dan karena rahmat-Ku pula Aku masukan kamu ke Surga.’

Jibril a.s berkata, ‘Segala sesuatu itu karena rahmat Allah.’”

(Al-hadits)

===================================

Apabila kita simak hadis di atas, apalah artinya ibadah kita yang hidup di akhir jaman. Ibadah bercampur dengan kepentingan dunia, bahkan lebih besar mementingkan dunia. Kita lebih khawatir kehilangan harta atau tahta dari pada kehilangan kesempatan memperoleh rahmat Allah kelak.

Allah Ta’ala berfirman :

“… Sesungguhnya rahmat Allah itu amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-A’raf : 56)

“… Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami". (QS. Al-A’raf : 156)

“Yaitu orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi … (QS. Al-A’raf : 157)

Akhir kata, semoga Allah menjauhkan kita dari sifat sombong, ria dan menjadikan kita orang-orang yang pandai bersyukur atas nikmat Allah.

Amiin ya Rabbal alamiin.

Wassalam.

Sumber: http://www.facebook.com/notes/tanbihul-ghafilin/mengharap-rahmat-allah-taala/179170742119477
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Berjihad melawan Sombong

Sahabat seiman, marilah kita berjihad dengan sifat sombong yang selalu berbisik di hati setiap manusia. Ingatlah Iblis dikutuk Allah karena kesombongannya, dia membanggakan dirinya karena tercipta dari api dan meremehkan Nabi Adam a.s yang tercipta dari tanah, dia bangga akan asal-usulnya sehingga melahirkan sifat sombong.
Sifat bangga dengan asal-usul / keturunan sering kita jumpai di masyarakat kita, bangga dengan keturunan ningrat/darah biru, atau bangga dengan keturunan orang kaya yang telah mewarisi kekayaan sehingga meremehkan orang lain yang ada disekitarnya.

Dari Ibnu Mas’ud r.a bahwa Rasulullah Saw., bersabda:
“Tidak akan masuk sorga, seseorang yang di dalam hatinya ada sebijih atom dari sifat sombong”. Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Saw.,: “Sesungguhnya seseorang menyukai kalau pakainnya itu indah atau sandalnya juga baik”. Rasulullah Saw., bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Indah dan menyukai keindahan. Sifat sombong adalah mengabaikan kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim].

Apabila kita perhatikan pesan Rasulullah Saw di atas bahwa, sekecil apapun sifat sombong dalam hati kita, maka kita tidak akan masuk syurga. Oleh karena itu alangkah baiknya kita mengenali tingkatan sombong agar kita mampu memeranginya sebelum terlambat.

Sombong dibagi 5 tingkatan:
1. Ujub, bangga akan diri sendiri
2. Sum’ah, ingin selalu didengar orang
3. Riya’, ingin didengar dan dilihat orang
4. Sombong/khibr, merasa lebih dari orang lain;
5. Maghrur, masih merasa kuasa walaupun kenyataannya tidak berkuasa lagi (post power syndrome)

Marilah kita memperbanyak dzikir kepada Allah karena dengan menyibukan dzikir kepada Allah akan menutup ruang atau kesempatan untuk sombong.

Perangilah sifat sombong ini dengan sifat tawadhu karena Sifat tawadhu’ akan melahirkan banyak sifat baik diantaranya ;
1. Muhasabbah
2. Meningkatkan diri
3. Iqra un nash
4. Khusyu, dll

sumber: http://www.facebook.com/pages/TANBIHUL-GHAFILIN/104716309569055
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS