Sang Guru Kematian


mortality rate is always constant all the time… one death per person!

Statistik angka kematian selalu tetap setiap tahun…. satu kematian per orang!


Kematian?!! Sebuah "akhir" yang terasa sangat sulit dipahami. Namun, kematian bukanlah sebuah akhir dari ujung perjalanan. Kematian hanyalah sebuah awal dari perjalanan hidup manusia yang amat sangat panjaang. Yaa, ia hanyalah sebuah tempat tinggal baru untuk manusia. Ibarat berpindah tempat dari satu kota ke kota lain atau dari satu negara ke nagara lain, dimana kita harus berhadapan dan bertemu dengan budaya, kebiasaaan, dan penghuni baru yang sama sekali tidak pernah kita temui dan kenal saat berada di alam dunia.
Sosok berkulit hitam, bertubuh tinggi, berbibir tebal dengan gigi yang besar panjang menjulur, hidungnya lebar, dan berbau busuk.”Siapa namamu,” tanyaku.
Dijawabnya, “Aku adalah saudara kembarmu. Namaku Jahalah (kebodohan). Pekerjaanku merusak, menyesatkan”

-------

Kemana pun kita pergi. Kepada siapa pun kita berlindung. Kematian itu pasta datang…! Maka, cukuplah ia menjadi pelajaran bagi kita. Cukuplah ia menjadi nasihat bagi kita. Cukuplah ia menjadi guru bagi kita. Ya, guru kematian. Ia mengajarkan kita banyak hal yang menarik dan menetramkan. Berikut adalah pelajaran-pelajaran yang bisa kita petik dari sang guru kematian:

1. WAKTU SANGAT BERHARGA


Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu, sesungguhnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat, Allah swt dalam FirmanNya : "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)." (Al-Anbiya :1)
Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan." Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.
"Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: 'Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul...." (Ibrahim :44)


2. KITA TAK MEMILIKI APA-APA

Tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat, kecuali hanya kain kafan. Ya..., siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma tubuh kecil yang telanjang berbungkus kain kafan.

Masih layakkah kita membanggakan diri mengatasnamakan kesuksesan ketika kita meraih keberhasilan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.

Pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

3. HIDUP ADALAH SEMENTARA

Kadang kala kesuksesan menghanyutkan anak manusia kepada sebuah imajinasi yang kekal dan abadi. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan yang digenggam.
Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

4. HIDUP BEGITU BERHARGA

Mengingat kematian akan menyadarkan bahwa hidup teramat berharga. Ia akan menjadikan hidup ini sebagai lahan pinjaman. Maka, ia pun akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam aneka tumbuhan yang berharga dan bermanfaat. Ia pun patut khawatir ketika lahan yang dipinjam tidak menghasilkan apa-apa, namun lahan itu harus dikembalikan.
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia..." dengan menyebut, "Ad-Dun-ya mazra'atul akhirah." (Dunia adalah ladang buat akhirat)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Sang Guru Kematian"

Posting Komentar