Kala Rasulullah Marah, Itulah Wujud Cintanya.
Rasulullah ternyata juga bisa marah lho! Eeeiit… tunggu dulu, kemarahan Rasulullah itu tentu saja merupakan akhlak yang mulia juga. Sebab, marahnya Rasulullah dalam rangka menegakkan hukum Allah. Kemarahan Rasulullah juga merupakan wujud kecintaan beliau karena beliau tidak rela orang-orang yang dicintainya terjerembab ke dalam lubang kesesatan. Aisyah, perempuan yang paling mendalam pengetahuannya agamanya meriyawatkan, “Rasulullah tidak pernah memukul siapa pun. Begitu pula, beliau tidak pernah memukul perempuan ataupun pembantu. Beliau memukul hanya ketika beliau sedang berperang di jalan Allah. Beliau tidak pernah memukul membalas seseorang yang menyakiti beliau, kecuali ia mencemarkan salah satu kehormatan Allah. Maka, beliau melakukan pembalasan semata-mata karena Allah.”
Lawan kata dari marah adalah ridha. Sesungguhnya sifat marah ada dalam diri manusia, yaitu suatu sikap yang bisa menjadi sebuah kebaikan maupun keburukan. Marah bisa jadi suatu keburukan jika tidak ditunjukkan untuk kebenaran, sementara jika hal itu dikaitan dengan urusan agama, insya Allah sudah pasti menjadi suatu kebaikan.
Rasulullah bersabda, “Ya Allah, sungguh, aku hanyalah manusia biasa. Karena itu, jika ada orang yang aku hina, laknat, atau aku pukul, maka jadikanlah hal itu sebagai sedekah dan rahmat baginya.” (HR. Muslim)
Kemarahan Rasulullah kepada umatnya merupakan kasih sayang beliau terhadap kemaslahatan umat beliau, perhatian beliau terhadap kemaslahatan umat, perlindungan beliau, dan kecintaan beliau terhadap hal-hal buruk kepada umatnya. Jika beliau mengatakan hal buruk kepada umatnya, maka hal itu merupakan rahmat, pelebut dosa, dan penyucian diri bagi umatnya. Jika ia seorang kafir atau munafik, maka perkataan buruk beliau kepada mereka bukanlah sebuah rahmat.
Ada beberapa alasan menurut beberapa para ulama mengapa Rasulullah berkata buruk atau melecehkan orang:
1. Orang itu ditegur karena melakukan sesuatu yang tidak berkenan di sisi Allah. Hal tersebut beliau lakukan sesuai dengan ketentuan syariat, tetapi di dalau hati, beliau tidak bermaksud seperti itu.
2. Caci maki dan laknat beliau tidak sungguh-sungguh. Ungakapan yang diucapkan oleh beliau hanyalah kebiasaan orang Arab, seperti ungkapan, “Taribat yamiinuka ; tangan kananmu berlumuran debu atau usiamu tidak dewasa.”
Peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan amarah dan cinta Rasulullah terabadikan untuk kita semua. Para sahabat telah berhasil mencatat peristiwa-peristiwa itu. Kisah-kisah menarik tentang akhlak mulia marahnya Rasulullah sebagai wujud cintanya kepada umatnya dapat ditemukan di buku Amarah dan Cinta Rasulullah karya Muhammad Bin Ali yang telah diterjemahkan dan diterbitkan oleh Penerbit Pena Pundi Aksara.
Judul buku: Amarah dan Cinta Rasulullah.
Penulis: Muhammad Bin Ali
Jumlah Hal :xvii+390
Harga Rp80.000 (diskon 60%= Rp32.000)
*selama Ramadhan 1431 H dan persedian terbatas
Lawan kata dari marah adalah ridha. Sesungguhnya sifat marah ada dalam diri manusia, yaitu suatu sikap yang bisa menjadi sebuah kebaikan maupun keburukan. Marah bisa jadi suatu keburukan jika tidak ditunjukkan untuk kebenaran, sementara jika hal itu dikaitan dengan urusan agama, insya Allah sudah pasti menjadi suatu kebaikan.
Rasulullah bersabda, “Ya Allah, sungguh, aku hanyalah manusia biasa. Karena itu, jika ada orang yang aku hina, laknat, atau aku pukul, maka jadikanlah hal itu sebagai sedekah dan rahmat baginya.” (HR. Muslim)
Kemarahan Rasulullah kepada umatnya merupakan kasih sayang beliau terhadap kemaslahatan umat beliau, perhatian beliau terhadap kemaslahatan umat, perlindungan beliau, dan kecintaan beliau terhadap hal-hal buruk kepada umatnya. Jika beliau mengatakan hal buruk kepada umatnya, maka hal itu merupakan rahmat, pelebut dosa, dan penyucian diri bagi umatnya. Jika ia seorang kafir atau munafik, maka perkataan buruk beliau kepada mereka bukanlah sebuah rahmat.
Ada beberapa alasan menurut beberapa para ulama mengapa Rasulullah berkata buruk atau melecehkan orang:
1. Orang itu ditegur karena melakukan sesuatu yang tidak berkenan di sisi Allah. Hal tersebut beliau lakukan sesuai dengan ketentuan syariat, tetapi di dalau hati, beliau tidak bermaksud seperti itu.
2. Caci maki dan laknat beliau tidak sungguh-sungguh. Ungakapan yang diucapkan oleh beliau hanyalah kebiasaan orang Arab, seperti ungkapan, “Taribat yamiinuka ; tangan kananmu berlumuran debu atau usiamu tidak dewasa.”
Peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan amarah dan cinta Rasulullah terabadikan untuk kita semua. Para sahabat telah berhasil mencatat peristiwa-peristiwa itu. Kisah-kisah menarik tentang akhlak mulia marahnya Rasulullah sebagai wujud cintanya kepada umatnya dapat ditemukan di buku Amarah dan Cinta Rasulullah karya Muhammad Bin Ali yang telah diterjemahkan dan diterbitkan oleh Penerbit Pena Pundi Aksara.
Judul buku: Amarah dan Cinta Rasulullah.
Penulis: Muhammad Bin Ali
Jumlah Hal :xvii+390
Harga Rp80.000 (diskon 60%= Rp32.000)
*selama Ramadhan 1431 H dan persedian terbatas
0 Response to "Kala Rasulullah Marah, Itulah Wujud Cintanya."
Posting Komentar