RAGAM EMOSI SI 3-5TAHUN


* Takut

Muncul pada usia sekitar 2-4 tahun, biasanya karena suatu pengalaman, ingatan akan sesuatu, peniruan dan pembiasaan. Contoh, takut pada gelap, cerita-cerita seram, gambar-gambar yang menakutkan, dan sebagainya. Reaksi anak terhadap rasa takut bisa bermacam-macam, seperti menangis, berteriak, lari, bersembunyi, dan sebagainya. Seiring usia bertambah, kemampuan berpikir anak berkembang, sehingga anak bisa mengerti dan sadar bahwa situasi/sesuatu yang semula ditakuti, sekarang tidak lagi menakutkan. Rasa takut ini makin lama makin bisa diatasinya. Namun, pada anak tertentu, rasa takut ini bisa bertambah kuat karena proses belajar yang salah. Misalnya, orang-orang di sekitarnya sengaja menciptakan rasa takut terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak perlu ditakuti. Setiap ada badut, anak ditakut-takuti dengan mengatakan, “Awas, nanti kamu dibawa badut, dimakan,” dan lain-lain cerita yang menakutkan, sehingga berkembang rasa takut yang tidak “normal” pada badut. Jadi, apa yang diajarkan oleh orang-orang di sekitarnya bisa sangat memengaruhi rasa takutnya ini. Reaksi anak terhadap rasa takut juga berkembang. Ketika masih kecil kalau takut anak akan menangis atau panik dengan teriak-teriak. Nah, dengan bertambah usia, anak lebih bisa mengendalikan. Mungkin dia hanya bersungut-sungut saja tanda tidak senang atau berdiam diri tetapi jantungnya berdebar-debar karena takut.

* Cemas

Sampai usia 3 atau 4 tahun biasanya anak masih memiliki rasa cemas bila dipisahkan dari ibunya, terutama ketika anak merasa belum punya daya untuk berada sendirian atau belum terbiasa dengan lingkungan selain lingkungan rumahnya. Namun, dengan meningkatnya kemandirian anak, ia akan semakin siap untuk berpisah dari ibunya. Hal yang juga menentukan keberaniannya untuk pisah dengan orangtua adalah lingkungan yang dirasakan aman dan nyaman. Oleh karena itu sekolah perlu menciptakan suasana yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak.

* Marah

Emosi marah pada anak juga akan mengalami perubahan dalam cara dan intensitas pengekspresiannya. Di awal usia anak mengekspresikan rasa marahnya dengan menangis, berteriak, memukul, membanting barang, bahkan dengan cara berguling-guling di lantai. Sambil ditonton banyak orang pun tidak peduli. Hal ini sesuai dengan perkembangan kognitifnya yang juga masih terbatas, terutama kemampuan bahasanya dan ia belum bisa membedakan situasi.Semakin bertambah usia, kemampuan berbahasa anak semakin baik dan ia dapat mengekspresikan perasaan marahnya mungkin masih dengan cara agresif tetapi lebih bersifat agresif verbal, menggunakan kata-kata. Melaluin penanaman nilai dan norma serta contoh perilaku orang-orang di sekitarnya, diharapkan di akhir usia prasekolah anak sudah lebih mampu mengekspresikan emosi marahnya dengan lebih tenang. Bila marah tidak lagi dengan mengamuk di depan umum, melainkan hanya merajuk atau bersungut-sungut.

* Cemburu

Emosi cemburu muncul di usia prasekolah, biasanya karena kehadiran seorang adik. Umumnya, emosi cemburu timbul dalam keluarga kecil yang terdiri atas 2-3 anak, dimana anak berusaha berebut perhatian dan kasih sayang orangtuanya. Reaksi rasa cemburu bisa timbul dalam bentuk anak mengompol, berpura-pura sakit atau berperilaku mengesalkan. Jika tidak segera diatasi oleh orangtua, emosi cemburu ini akan semakin meningkat dan akan berpengaruh buruk pada hubungan antarsaudara. Orangtua harus sadar bahwa setiap anak butuh perhatian dan kasih sayang. Namun, dengan cara dan bentuk serta ukuran yang berbeda sesuai usia.

* Iri hati

Emosi iri hati muncul pada anak usia prasekolah karena ia ingin sesuatu yang dimiliki oleh orang lain. Didorong rasa iri hati, sering terjadi anak merebut mainan temannya. Semakin usia bertambah dan kemampuan berbahasanya pun berkembang, emosi iri hati semakin bisa lebih jelas diketahui dari apa yang diungkapkan anak. Misal, anak merengek pada orangtuanya minta dibelikan mainan seperti yang dimiliki temannya, minta dibelikan tas baru karena kepunyaannya tidak sebaik tas temannya.

* Sedih

Di awal usianya, anak biasa mengungkapkan rasa sedihnya dengan menangis. Biasanya rasa sedih muncul karena ia kehilangan sesuatu yang disenangi/disayanginya, semisal mainan mobil-mobilannya hilang atau binatang kesayangannya mati. Semakin usia bertambah, reaksi emosi anak terhadap rasa sedih lebih banyak diperlihatkan dengan wajah murung, tak mau makan, tak mau bicara, dan lainnya.

* Sayang

Di usia prasekolah, anak menunjukkan rasa sayangnya pada sesuatu dengan memperlakukannya secara baik. Contoh, memeluk dan menciumi boneka kesayangannya, menyimpan mainan kesayangannya dengan baik. Begitu pun pada orang yang disayanginya semisal orangtua, anak bisa mengungkapkan emosi sayangnya secara fisik seperti itu. Semakin bertambah usianya anak pun dapat menyatakan rasa sayangnya dengan cara lain, yaitu mengungkapkannya secara lisan/verbal.

* Gembira

Anak mengekspresikan perasaan gembira sebagai ungkapan dari sesuatu/situasi yang sesuai dengan harapannya dan membuatnya senang. Anak akan mengekspresikannya dengan berbagai cara, ada yang dengan bertepuk tangan, tertawa, melompat-lompat kegirangan dan sebagainya. Semakin usia bertambah, anak dapat mengekspresikan emosi gembiranya dengan cara yang dianggapnya sesuai harapan lingkungannya. Misal, dengan mengucapkan terima kasih, tersenyum, atau mencium ibunya.

* sumber :nakita
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "RAGAM EMOSI SI 3-5TAHUN"

Posting Komentar